Arsip untuk Januari, 2007

Spirit tahun baru Hijiyah

TAHUN BARU SEMANGAT (NILAI) BARU

Tahun baru Hijriyah adalah tahun baru bagi umat Islam yang menggunakan kalender Hijriyah. Ditetapkan sebagai kalender oleh Rasulullah atas usul Umar bin Khattab sejak 1428 tahun yang lalu.
1 Muharam masih kalah semarak dengan 1 Januari. Kalaupun semarak, umat Islam tampak menyeretnya kearah hidonistik tahun baru masehi. Atau bahkan ada yang tidak mengerti apa itu hijriyah, Tapi tengok saja tahun baru Imlek, etnis Cina dapat menyemarakkan sama seperti tahun baru masehi. Mengapa demikian?
Setidaknya ada beberapa hal yang dapat kit abaca. Pertama, belum terbiasa. Semagat perubahan yang dibawa masing-masing tahun baru mungkin kurang lebih sama. Masehi, Imlek dan hijriyah adalah sama-sama tahun baru. Kalender masehi, lebih dikenal oleh masyarakat baik muslim maupun etnis Cina. Liatlah nama-nama bulan dari Januari, Februari, hingga Desember banyak yang hafal di luar kepala. Hari Senin, Selasa, hingga Minggu sudah sering digunakan. Tapi, berapa banyak yang kenal Muharram, Rajab, hingga Dzulqo’dah. Jadi wajar apabila mayarakat kita khususnya umat Islam larut dalam euphoria tahun baru.
Kedua, belum menjadi tradisi, suatu tindakan yang terus-menerus menjadikan kebiasaan, kemudian kebiasaan yang terus-menerus akan menjadi tradisi. Etnis Cina (=menurut penulis) merupakan salah satu etnis yang tidak melupakan budaya. Liat saja desain rumah, hiasan dinding, lampu, tulisan, hingga tarian sebut saja barongsai mampu menjadi trend sendiri di Indonesia. Tak afdhol rasanya apabila saat Imlek tanpa suguhan baronsai dan petasan, lampion dan lilin, bahkan etnis Jawa, sunda, dll malah ikut-ikutan. Hijriyah memang bukan tradisi Arab, tetapi bentuk tindakan yang dipelopori oleh Islam yang kebetulan muncul di Arab.
Ketiga, masayarakat belum paham filosofinya. Tahun baru hijriyah bukan ajang pesta dan foya-foya, bukan akan jalan-jalan dan shopping karena filosofi tahun baru Masehi yang notabene selalu dirayakan dengan pesta sejak zaman Romawi berbeda dengan Hijriyah. Kalender ini dimulai sejak hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah yang notabene adalah tonggak dakwah dan tegaknya Islam sebagai rahmatan lil’alamin secara sempurna. Hal ini tampak pada konsep dakwah Rosulullah sebelum hijrah dengan sesudah Hijrah. Munculnya ketetapan-ketetapan hukum syar’i yang bernilai hablum minannaas lebih dominan. Maka tahun baru hijriyah memiliki nilai filosofi semangat revolusi diri menuju arah lebih baik.
Filosof Herb Shepherd menjabarkan kehidupan manusia itu disekitar empat hal yaitu spiritual, psikologikal, social-emosional, dan fisik. Sebagai umat Islam yang memiliki tahun baru sendiri yang tentu memiliki semangat sendiri, hendaknya lebih memaknainya dengan kedewasaan relegius yang jauh sebelum Shepherd, Nabi menegaskan perspektif manusia yang benar adalah khoiru ummah (jasmani rohani dan ‘amar ma’ruf nahi mungkar (social-relegius) yang apabila dijabarkan, maka seorang muslim harus memiliki salimul ‘aqidah (aqidah benar), shohihul ‘ibadah (ibadah benar), mathinul khuluq (akhlak baik), qowiyul jism (sehat), mutsafaqatul fikri (wawasan luas), qodirun ‘alalkasbi (mampu mengidupi diri), mujahidul linafsihi (mandiri), munadhoman fiisu’unih (tertib), dan nafiun lighairihii.(bermanfaat bagi orang lain).

Happy New Year?

HAPPY NEW YEAR ?

“Tahun baru lalu, kita adakan pesta jalanan, gimana kalau sekarang kita ngadain di hotel tempat wisata, akan lebih asyik lho!” ……. “kayaknya OK tuh!”
Begitu percakapan para pemuda ini dalam mensikapi tahun baru. Bagaimana gambaran tentang merayakan tahun baru hanya identik dengan pesta ditengah musibah menimpa bangsa bertubi-tubi. Kemana rasa empati mereka? Dan mengapa? Pertanyaan sederhana yang perlu kita jawab.
Carl Rogers menyatakan kebanyakan cara-cara bertingkah laku yang diambil orang adalah yang selaras dengan konsepsi self. Maka cara yang paling baik untuk mengubah tingkah laku ialah dengan mengubah konsepsi self orang itu. Struktur konsep self terbentuk dari pola pengamatan yang teratur, lentur selaras dengan nilai-nilai konsepsi diri pemuda secara umum. Maka yang perlu kita cermati adalah bahan pengamatan para anak-anak bangsa hingga pemuda dari hari ke hari.
Pengaruh adalah segala sesuatu yang dapat merubah. Yang manakah yang lebih kuat, itulah yang akan memberikan bentuk perkembangan manusia. Kata Willian Stern bahwa sampai dimana bentuk yang dicapai oleh sesorang, ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal atau lingkungan.
Konsep self pemuda ini juga didapat dari “pendidikan” dari tayangan sinetron, film dan infotaiment yang lebih mendeskripsikan gambaran hidup dengan detail tetang gaya hidup enak adalah mewah, penuh intrik, dan kebebasan bergaul pria-wanita. Sebaliknya kehidupan masyarakat kita kebanyakan jauh dari kesan kaya dan elit. Terlebih lagi, tayangan berita yang kita pahami sebagai informasi terpercaya khususnya info kriminal dan sadistik malah menambah gambaran buram masayrakat kita.
Oleh karena konsepsi mereka ini dipeoleh dari gambaran dari selutuh pengamatan sedikit demi sedikit yang semakin lama teridentifikasikan menjadi inilah “saya”.
Secara jujur, penulis juga mengakui, tidak semua pemuda bangsa kita adalah sama. Maka yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memberikan konsep diri yang benar ditengah bahan-bahan ajar lingkungan yang belum tentu baik.
Sebagai pendidik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan secara serius. Pertama, tabiat para pemuda akan berfikir mencari jalan untuk dapat menyesuaikan diri. Pola perbedaan lingkungan sebaya cenderung dikomunikasikan dengan bahasa pemuda yang lebih mengena ketimbang bahasa kita sebagai guru. Kedua, kenyataan pengalaman diri saat ini mau tak mau mereka siapkan menghadapi teka-teki “future sock” di masa depan.
Mengingat tanggungjawab pemuda terletak pada semua komponen bangsa. Guru dan orang tua harus dapat bersinergi dalam menjalankan konseling pemuda seperti pembekalan orang tua tentang perubahan perilaku masa remaja. Nantinya konseling bukan hanya oleh guru BP saja tetapi juga melibatkan peran orang tua sebab sock-sock semacam ini harus dapat ditanggapi dengan bijak oleh orang tua juga. Dalam teori Alvin Tofler, perubahan bangsa agraris menuju industri memberikan sock berat, masyarakat akan bercermin pada kemodernan bangsa lain. Alih-alih ingin modern malah membawa degradasi moral bangsa. Khusus untuk televisi yang notabene menjadi second educator, pemerintah dan KPI harus lebih tegas dan bijak. Agar cerminan negatif bangsa modern tidak ditelan mentah-mentah.
Mengahadapi tahun baru ini dengan besikap anti asimilasi adalah naif tatapi bersama mengambil yang positif dan menghilangkan negatif adalah bijak demi kemajuan bangsa.

AIDS

PENEMU AIDSAIDS pertama kali mengusik Don Francis pada pertengahan 1981, ketika ia membaca jurnal mingguan MMWR (Morbidity and Mortality Weekly Report) edisi 5 Juni terbitan CDC yang memuat laporan Dr Michael Gottlieb tentang beberapa kasus pneumonia Pneumocystis di kalangan pria gay di Los Angeles. Ia langsung menelepon mentornya

di Harvard Dr

Essex, “Ini adalah leukemia kucing pada manusia.” Francis menduga penyakit misterius di Los Angeles itu disebabkan oleh sejenis virus yang mempunyai mekanisme mirip virus leukemia kucing dan hepatitis B. Ia merupakan orang pertama di CDC yang berteori bahwa virus baru itu ditularkan secara seksual dan menyebabkan hancurnya kekebalan tubuh pria-pria homoseksual.Sebagian teori “detektif” Don Francis kemudian ternyata tepat. AIDS yang disebabkan oleh virus bernama HIV memang ditularkan lewat hubungan seksual. Atas sarannya, rumah-rumah mandi uap untuk kaum gay di
San Francisco ditutup pada tahun 1985. Ia juga paling gencar menyerukan agar produk darah diskrining agar tak tercemar HIV. Ia terjepit di tengah konflik siapa sebenarnya penemu HIV, di antara Dr Robert Gallo dan Prof Luc Montagnier dari Institut Pasteur Paris. Karena konflik Amerika-Perancis itu nama Don Francis kemudian hilang dari peredaran nama tokoh-tokoh sentral perang melawan AIDS. Bahkan Gallo pun sempat menyatakan sumbangan Francis bagi penanggulangan AIDS sebagai “tidak relevan”.
SESUNGGUHNYA, setiap ada wabah virus misterius baru merebak di suatu wilayah, peran “detektif penyakit menular” seperti Don Francis amat sentral. Tak terkecuali untuk wabah pneumonia atipikal seperti SARS (severe acute respiratory syndrome) yang menimbulkan kepanikan global.Sebuah penelitian mengatakan asal muasal virus HIV ditemukan dari simpanse liar di kawasan selatan Kamerun.Virus itu disebut SIVcpz (Simian Immunodeficiency Virus dari simpanse) diduga menjadi sumber, tapi sejauh ini virus ini hanya ditemukan pada hewan peliharaan.Namun, sebuah tim peneliti internasional telah mengidentifikasi penghasil alami virus SIVcpz pada hewan yang hidup di alam liar. Diduga, virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse. Kasus pertama ditemukan di
Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930..

Para ilmuwan yakin, jarangnya ditemukan kasus penyakit ini dan kenyataan bahwa gejala AIDS pada tiap orang berbeda, menunjukkan mengapa baru 50 tahun kemudian virus itu mendapatkan namanya.Tim yang di dalamnya termasuk tim ahli dari Universitas Nottingham, Montpellier dan
Alabama ini, telah bekerja selama sepuluh tahun untuk mencari sumber HIV.
Saat virus SIVcpz hanya ditemukan pada hewan ternak, kemungkinannya adalah ada makhluk hidup lain yang menjadi sumber alami HIV dan SIVcpz.Test genSatu-satunya cara untuk mendeteksi virus SIVcpz adalah dengan test darah. Artinya hanya hewan ternaklah yang bisa digunakan. Penelitian ini dilakukan bersama para ahli dari proyek perlindungan kawasan selatan Kamerun (PRESICE). PRESICE terlibat dalam meneliti kotoran simpanse yang dikumpulkan dari kawasan hutan terpencil.Pengumpulan kotoran ini sangat berguna karena Universitas
Alabama dapat menentukan sekuen genetik dari virus simpanse ini, yang kemudian dapat dicari dalam sampel kotoran.
Hasil uji coba laboratorium mendeteksi antibodi spesifik SIVcpz dan informasi genetik yang terkait dengan virus yang ditemukan pada 35 persen simpanse di beberapa kelompok.Semua data yang didapat kemudian dikirim ke Universitas Nottingham untuk dianalisa. Hasil penelitian mengungkap hubungan genetik yang sangat dekat antara sampel dan rantai HIV.Simpanse di tenggara Kamerun diketahui memiliki virus yang sangat mirip dengan virus HIV yang kini tersebar di seluruh dunia itu.
Para ilmuwan mengatakan, selainmengungkap misteri tentang asal virus itu, temuan ini membuka jalan untuk penelitian lebih lanjut.Namun, virus SIVcpz belum menyebabkan penyakit-penyakit yang disebabkan AIDS pada simpanse. Sehingga para ilmuwan tengah mengungkap mengapa hewan-hewan ini tak menderita gejala-gejala AIDS seperti dialami manusia, yang secara genetis sangat serupa.Hubungan dekatProfesor Ilmu genetik dari Universitas Nottingham Paul Sharp mengatakan: “Nampaknya lompatan antara simpanse dan manusia terjadi di Kamerun dan kemudian virus itu menyebar ke seluruh dunia.” “JIka Anda menganggap HIV muncul sekitar 75 tahun lalu, kemungkinan ada sejumlah virus lagi yang akan membuktikan hubungan lebih dekat dengan virus yang diderita manusia.” Paul mengatakan tim peneliti tengah berupaya untuk memahami perbedaan genetik antara virus SIVcpz dan HIV yang berevolusi akibat adanya lompatan spesies.Keith Alcorn dari Aidsmap mengatakan: “
Para peneliti telah menetapkan lokasi spesifik yang diyakini sebagai tempat virus HIV berasal.”
“Namun, ada kawasan luas di Afrika Barat dkimana bentuk lain SIVcpz ditemukan dan juga kemungkinan bisa menjangkiti manusia.”Direktur Kebijakan Lembaga Nasional Aids Yusef Azad mengatakan: “Hasil penelitian ini menjadi menarik jika semua penemuan soal sejarah dan asal usul HIV dapat digunakan untuk mengembangkan vaksin HIV.”

 

 

 

 

Psikososial

Kontribusi Psikososial dalam Penanganan Konflik3 Maret 2005  

Berikut ini pidato ilmiah yang disampaikan Drs. Ichsan Malik, MSi, pada acara Peringatan Pendidikan Psikologi ke-52 hari Kamis (03/03) di Fakultas Psikologi Kampus Depok. Pembicara selain mengajar di Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi, juga pernah menjadi fasilitator selama 3 tahun konflik di Maluku dan fasilitator konflik di Poso.

Kontribusi Psikososial Dalam
Penanganan Konflik

Yang terhormat,
Rektor Universitas Indonesia
Dekan Fakultas Psikologi beserta staf
Ketua Program Pasca Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Para Guru Besar
Para staf pengajar
Para mahasiswa
Serta para hadirin yang saya muliakan.

Assalamualaikum wr.wb
Salam sejahtera untuk kita semua

Pada kesempatan yang berbahagia ini saya mengucapkan terima kasih kepada para hadirin yang telah bersedia untuk meluangkan waktu dan meringankan langkah untuk menghadiri perayaan Dies Natalis Fakultas Psikologi yang ke 52 ini.

Judul pidato ilmiah yang saya bawakan pada kesempatan ini yaitu : Kontribusi Psikososial Dalam Penanganan Konflik. Topik ini pada dasarnya sangat penting untuk dimunculkan dan terus dikembangkan, mengingat relevansinya dengan situasi
Indonesia pada kurun waktu 5 tahun terakhir.
Fakta menunjukkan bahwa sejak awal tahun 1999 (Ichsan Malik. 2003), satu tahun, setelah krisis ekonomi, yang kemudian berlanjut dengan krisis politik yang mengakibatkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru , maka meledaklah konflik sosial atau konflik antar kelompok masyarakat dengan menggunakan identitas agama dan etnis di berbagai propinsi di Indonesia seperti Maluku, Poso, dan Sampit. Yang paling ekstrim konfliknya adalah Propinsi Maluku, dengan korban nyawa ribuan jiwa, 300 ribu orang menjadi pengungsi di negerinya sendiri, masyarakat terbelah menjadi dua berdasarkan identitas agama, kedua kelompok dilanda rasa putus asa , rasa dendam yang masih terus membara, serta ”luka psikologis”yang masih menganga pada sebahagian korban hingga saat ini.

Ketika pada bulan April tahun 2000, saat konflik di Maluku sedang berada pada puncak kekerasannya , saya diundang oleh satu LSM lokal untuk melakukan intervensi agar dapat membuka dialog antara kedua kelompok yang terbelah berdasarkan agama , sehingga dapat menghentikan kekerasan dan pada akhirnya dapat mendorong penyelesaian konflik di Maluku. Pada saat tersebut pegangan teori psikologi sosial yang dapat dijadikan dasar untuk memulai proses dialog, masih belum padu, dan masih terlalu umum saya pahami. Antara lain persoalan stereotip, teori tentang negosiasi, perlunya tujuan yang sama dari kedua belah pihak, dan teori identitas sosial. Akan tetapi justru prinsip prinsip dasar dari intervensi sosial yang lebih mantap saya pahami, seperti prinsip problem solving. Prinsip pemberdayaan ,prinsip pentingnya kedua pihak memiliki kesadaran kritis untuk memahami masalah dan kemudian menyelesaikan masalah, yang lebih tepat guna dan adekwat untuk digunakan dalam penangan konflik..

Dengan berjalannya waktu , barulah dapat saya pahami, bahwa kontribusi psikososial sangatlah signifikan dan cukup memadai, baik untuk menjelaskan dan memahami tentang sumber konflik, maupun untuk membantu proses resolusi konflik,yang penjelasannya akan saya uraikan di bawah ini.

Para Hadirin yang saya hormati, perkenankanlah pada kesempatan ini, pertama-tama saya menjelaskan Perkembangan Teori Psikologi Sosial dalam memahami dan menjelaskan konflik
.
Pada era tahun 1950 – 1960, terutama di Amerika Serikat berkembang berbagai teori tentang sikap prasangka , dan stereotip, yang pada dasarnya sudah mulai menjelaskan tentang sumber terjadinya konflik. Namun perlu di catat bahwa, penjelasan teoritis tersebut, masih melihat konflik pada tingkat individual (Hogg .2003 a) .
Secara ringkas berbagai teori tersebut menjelaskan bahwa dalam interaksi antar individu, ada kecendrungan untuk mengambil jalan pintas dalam mempersepsi seseorang atau kelompok, dengan cara memberikan ”cap” tertentu kepada individu lain berkaitan dengan sifat-sifat yang khas yang seakan-akan menempel pada individu atau kelompok, misalnya orang dengan etnis X adalah kasar, atau orang dengan ciri fisik tertentu adalah licik. Persepsi yang salah ini atau cap yang diberikan sesuai sifat disebut sebagai stereotip.

Prasangka adalah sikap negatif terhadap individu atau kelompok tertentu, semata-mata karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu. Prasangka muncul karena adanya stereotip, yang memunculkan penilaian yang tidak berdasar dan pengambilan sikap sebelum menilai dengan cermat. Akibatnya terjadi penyimpangan pandangan dari kenyataan sesungguhnya serta terjadi generalisasi. Kecendrungan generalisasi akan akan memberikan dampak negatif jika sasaran prasangka adalah kelompok minoritas, karena akibatnya adalah tindakan diskriminasi.

Pada era tahun 1960 – 1970 pada bidang Psikologi sosial mulai bermunculan teori-teori yang melihat, dan menjelaskan konflik pada tingkat kelompok (Hogg. 2003.b). Yang paling klasik, dan siginifikan pengaruhnya adalah, Realistic Conflict Theory (RCT) dari Muzafer Sherif. Selama puluhan tahun ia melakukan eksperimen tentang proses kerjasama, dan terjadinya konflik antar kelompok, yang solusi untuk menyelesaikan konfliknya adalah menciptakan goal bersama yang menyangkut kepentingan bersama (superordinate goal). RCT menyatakan bahwa dalam hubungan antar dua kelompok selalu terdapat kepentingan yang berbeda , akan terjadi upaya dari satu kelompok meraih keuntungan yang sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lainnya. Persaingan terjadi karena ada keterbatasan atau kelangkaan sumberdaya yang diperebutkan oleh kelompok. Kelangkaan tersebut pada sumberdaya alam misalnya minyak, pada kekuasaan politik misalnya Gubernur atau Presiden yang hanya ada satu.

Teori selanjutnya adalah Social Identity Theory/ SIT ( Hogg. 2003. b), dipelopori oleh Henri Tajfel dan John C Turner. Mereka berdua menggariskan bahwa hubungan antar kelompok harus dilihat dari perspektif kelompok dan bukan dari perspektif individu. Setiap individu dalam masyarakat dapat dikelompokkan atau di katagorisasi ke dalam berbagai kelompok, misal jenis kelamin, agama, pekerjaan, dan etnis. Maka terbentuklah identitas, Identitas individu akan mengental menjadi identitas kelompok, setiap kelompok merasa lebih unggul dibanding kelompok lainnya, maka terjadi kecendrungan in-group dan out-group. Dengan masuknya prasangka dan stereotip , maka in-group akan melihat out-group sebagai lawan. Sehingga pada akhirnya terjadi konflik. Menurut SIT identitas social dapat menimbulkan konflik, maka solusi untuk menyelesaikan konfliknya dengan mencairkan polarisasi antara dua kutub yang berkonflik, melalui cara pembauran kedua kelompok.

Sumbangan selanjutnya dari teori Psikologi social dalam upaya menjelaskan dan memahami sumber konflik terjadi pada tahun 1991, dengan dicetuskannya Social Dominance Theory /SDT oleh Jim Sidanius dan Felicia Pratto(Enoch Markum. 2004).
SDT bertitik tolak dari sejumlah pertanyaan, mengapa dalam kehidupan bermasyarakat suatu kelompok menindas kelompok lainnya ? mengapa satu kelompok bertindaka diskriminatif terhadap kelompok lainnya ? mengapa prasangka masyarakatdan Diskriminasi sulit dihilangkan? Jawabannya semua hal tersebut di atas terjadi disebabkan oleh system masyarakat yang berdasarkan kepada kelompok berbasis hirarki social yang dipertahankan oleh kelompok dominant. Keberadaan kelompok dominant versus kelompok sub ordinasi tampak dalam kehidupan bernegara, politik, kantor, bahkan sekolah. Mereka yang dominan dan hegemonik memiliki semua kemewahan, sedang yang sub ordinan mendapat yang terburuk. Posisi kelompok hegemonik dilestarikan melalui mitos yang dilegitimasikan. Peraturan yang ada selalu menguntungkan kelompok dominan. Hal ini menimbulkan konflik yang biasanya berdarah. Solusi untuk menyelesaikan konflik adalah dengan menghilangkan secara tuntas berbagai pranata sosial yang diskriminatif.Serta penegakkan HAM.

Para hadirin yang saya hormati, pada hakikatnya kontribusi teori Psikologi Sosial tidak terbatas hanya untuk menjelaskan dan memahami konflik, akan tetapi sudah lebih maju satu tingkat yaitu berkontribusi untuk resolusi konflik dan rekonsiliasi, uraiannya dapat dilihat di bawah ini
Pada area resolusi konflik, kontribusi dari para ahli psikologi sosial yang cukup berpengaruh di berikan oleh Morton Deutsch (1973). Deutsch menyatakan bahwa konflik timbul karena pola hubungan saling ketergantungan yang bersifat negatif antara pihak-pihak yang berkonflik. Setiap konflik mempunyai dimensi kooperatif dan kompetitif sekaligus. Konflik dengan kadar kompetisi yang sangat tinggi cenderung akan menjadi destruktif, sementara konflik dalam iklim kooperasi yang tinggi justru akan menjadi konstruktif. Menurut teori ini tujuan utama dari resolusi konflik adalah bagaimana mengubah dinamika konflik dari yang kompetitif menjadi yang lebih kooperatif.
Kontribusi penting lain serta cukup signifikan adalah dari John Burton yang merupakan tokoh terkemuka dari kelompok Human Needs Theory (1990). Teori ini menyatakan bahwa kebutuhan dasar manusia adalah unsur mutlak dalam pemenuhan kesejahteraan manusia. Konflik dan kekerasan akan muncul apabila satu pihak
Merasa bahwa kelompok lain menghalangi pemenuhan kebutuhannya.
Burton membedakan antara pertikaian (dispute), yang merupakan adanya perebutan material yang masih dapat di negosiasikan. Sedangkan konflik (conflict) adalah suatu kekurangan atau deprivasi dalam kebutuhan dasar manusia yang sudah berada dalam taraf tidak bisa di negosiasikan. Konflik identitas menurut
Burton merupakan kebutuhan yang tidak dapat di negosiasikan karena identitas merupakan hal yang bersifat mendasar. Untuk melakukan resolusi konflik maka yang harus diupayakan pertama kali adalah terciptanya kondisi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik untuk saling memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara konstruktif. Untuk mengurangi timbulnya kekerasan dan konflik terbuka Burton mengusulkan dilakukannya langkah ”provention” yaitu suatu upaya untuk menghilangkan sumber konflik dan secara lebih proaktif mempromosikan lingkungan yang positif untuk memungkinkan masyarakat secara konstruktif memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Kontributor berikutnya dari jajaran ahli Psikologi Sosial adalah Herbert Kelman (1990). Kelman pernah menjadi mediator untuk konflik antara
Israel dan Palestina. Kelman memperkenalkan teknik lokakarya untuk pemecahan masalah dalam penyelesaian konflik. Lokarya mengandalkan kepada proses mediasi non-formal oleh pihak ketiga yang disebut sebagai fasilitator dalam mempertemukan orang-orang yang berpengaruh pada kelompok-kelompok yang berkonflik. Tujuan utama dari lokakarya mencapai kesepahaman timbal balik , mengubah persepsi dan sikap terhadap konflik, serta pada akhirnya mengubah pola hubungan diantara pihak yang berkonflik. Kelman perpendapat bahwa perubahan pola hubungan akan membuka jalan untuk penyelesaian konflik yang lebih konstruktif. Kelman menekankan bahwa yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan kolektif, bukan pemenuhan kebutuhan individu partisipan.

Para hadirin yang berbahagia kini kita sampai pada pertanyaan, bagaimanakah caranya berbagai teori psikologi sosial yang telah diuraikan panjang lebar tersebut di atas dapat diaplikasikan untuk menyelesaikan konflik sosial yang melibatkan seluruh komunitas dan berdarah seperti di Maluku ?. Perkenankan pada kesempatan ini saya merefleksikan pengalaman saya pribadi selama 3 tahun menjadi fasilitator resolusi konflik Maluku, yang pada hakikatnya merupakan wujud nyata dari upaya penerapan teori psikologi sosial yang dikombinasikan dengan prinsip-prinsip pendekatan pemecahan masalah yang dikembangkan di jurusan Psikologi Intervensi Sosial.

Setiap upaya Intervensi sosial pada hakikatnya harus di mulai dari VISI, yaitu suatu pandangan kedepan tentang kondisi ideal yang ingin di capai. Visi biasanya berasal dari mimpi tentang suatu kondisi ideal. Mimpi akan menjadi visi apabila sudah muncul komitmen untuk mewujudkan mimpi menjadi realitas. Visi akan berfungsi menjadi petunjuk arah bagi pergerakan langkah intervensi. Visi juga dapat diibaratkan sebagai bintang petunjuk arah, seorang nelayan akan dituntun oleh bintang ketika ia sedang mencari ikan di laut pada malam hari.
Ketika di undang keMaluku untuk menjadi fasilitator perdamaian pada bulan April tahun 2000. Kedatangan saya bersamaan dengan mngalirnya ribuan laskar Jihad yang berasal dari Pulau Jawa menuju
Ambon. Serta mulai merebaknya isu separatisme di Maluku yang dikaitkan dengan FKKM. Saya berkeliling selama 22 hari di seluruh Maluku, sementara konflik terus bergolak. Berbicara dengan para pendeta, ulama, kelompok muda, pimpinan tradisional ,tokoh politik. Fenomena yang muncul saat itu , yang paling jelas adalah kehancuran dari seluruh peradaban Maluku. Pemerintah DPRD, Polisi, Tentara turut terlibat ke dalam konflik atau paling tidak terkontaminasi, menjadi bagian dari masalah. Korban berjatuhan sedemikian rupa. Maka mimpi yang kemudian muncul pada diri saya adalah bagaimana dalam waktu yang tidak terlalu lama Maluku bisa menjadi Damai, dan perdamaian tersebut di proses oleh mereka-mereka yang menjadi korban, karena merekalah yang paling sengsara diakibatkan oleh konflik . Visi yang muncul dari mimpi tersebut yaitu, bahwa resolusi konflik dapat terjadi secara tuntas serta perdamaian sedikit demi sedikit dapat terwujud di Maluku, apabila para korban atau VICTIMS telah berubah menjadi SURVIVORS. Dengan kata lain korban telah menjadi bagian dari solusi (Part of Solutions).
Langkah berikutnya dalam intervensi adalah membuat Peta untuk untuk dapat menjadi petunjuk jalan. Peta jalan ini dalam bahasa lain disebut juga sebagai Strategi Intervensi (Si Kahn, 1982). Strategi intervensi untuk resolusi konflik Maluku, pada dasarnya dikembangkan dan di modifikasi dari kerangka making peace yang di buat oleh Adam. C. Curle tahun 1971 (John Paul Lederach, 1998, ), jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar di atas menjelaskan bahwa, ada dua syarat utama untuk terwujudnya DAMAI, yaitu pertama, , adanya kesadaran kritis yang tinggi dari seluruh pihak yang berkonflik , kedua, adanya kapasitas/kekuatan yang berimbang dari pihak-pihak yang berkonflik, sehingga tidak terjadi penindasan dari kelompok yang lebih dominant, persyaratan ini sejalan dengan premis yang terdapat dalam Social Dominance Theory. Kedua syarat ini berkembang dalam suatu proses yang bertahap dan bertingkat-tingkat.

Tahap pertama, untuk membangun kesadaran kritis, dan kapasitas pihak yang berkonflik ditujukan dengan sasaran pelaku dan korban langsung, proses dan media yang digunakan adalah media lokakarya kritis yang berupaya untuk membongkar sumber konflik, melakukan identifikasi dari para pelaku yang terlibat, mengukur kapasitas bersama untuk mencari solusi melalui analisis SWOT, serta membuat perencanaan untuk aksi bersama.
Lokarya kritis ini pada hakikatnya substansi dan metodologinya sama dengan teknik lokakarya pemecahan masalah yang dikembangkan oleh Herbert Kelman.

Selanjutnya, tahap kedua, adalah, dengan modalitas kesepakatan minimal yang telah di buat pada saat lokakarya, kedua belah pihak yang berkonflik dan para korban kemudian melakukan konsolidasi di dalam kelompoknya masing-masing, termasuk kepada kelompok yang bukan merupakan pelaku dan korban langsung. Biasanya berupa sosialisasi sumber konflik, serta diskusi peluang dan ancaman yang ada bila akan mengambil keputusan untuk mengambil alternatif lain selain melanjutkan konflik. Proses sosialisasi dilakukan secara bertingkat-tingkat, sehingga akhirnya seluruh pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan informasi, dan mulai terbuka kesadarannya.
Langkah kedua ini jikalau dikaitkan dengan teori dari John Burton, merupakan langkah provention

Pada akhirnya, tahap ketiga, adalah negosiasi atau berunding antara kedua belah pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah, mengambil pilihan yang terbaik untuk pemecahan masalah, serta mengambil keputusan untuk menetapkan langkah-langkah ke depan untuk mencegah agar konflik tidak terulang kembali. Negosiasi mensyaratkan kesadaran kritis dari kedua belah pihak perihal sumber konflik, serta mensyaratkan kapasitas atau kekuatan yang berimbang dari kedua belah pihak yang sedang melakukan perundingan. Negosiasi harus menolak intimidasi, atau represi dari pihak-pihak yang sedang bernegosiasi .

Langkah berikutnya dari proses intervensi adalah mencari ”Bahasa” yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Pada Lokakarya yang kedua dari upaya rekonsiliasi Maluku, yang melibatkan 40 orang korban dan pelaku konflik , pada akhirnya ditemukan bahasa yang sama untuk melakukan rekonsiliasi di Maluku yaitu BAKUBAE. Bakubae artinya adalah rekonsiliasi yang bertumpu kepada korban konflik. Bahasa bakubae ini sangat penting, karena pada lokakarya pertama untuk rekonsiliasi yang melibatkan 12 orang dari kedua belah pihak yang berkonflik. Setelah 20 hari dialog, seluruh partisipan tetap menolak kata damai. Mereka meminta kata damai di hilangkan dari kamus dan saat pertemuan, mereka masih ingin berperang sampai salah satu pihak musnah. Setelah diketemukannya kata Bakubae yang berasal dari anak-anak, yaitu ketika anak di Maluku berkonflik, untuk berdamai mereka saling menempelkan jempol dan berkata Bakubae. Maka proses lokakarya bakubae menjadi lebih lancar dan efektif, karena telah menggunakan bahasa yang sama.

Langkah selanjutnya dari intervensi adalah melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat menjamin keajegan dari proses intervensi yang dilakukan , sehingga program dapat terus berkelanjutan. Bakubae berupaya melibatkan seluruh kelompok masyarakat yang menjadi korban maupun kelompok yang terlibat dalam konflik Maluku. Antara lain Pengungsi, pimpinam perang, intelektual, jurnalis, para pimpinan tradisional/Raja, pengacara, LSM, pimpinan agama. Melalui lokakarya, mereka dipersatukan kembali. Setiap kelompok rata-rata melakukan 3 kali lokakarya. Waktu yang diperlukan untuk seluruh proses ini adalah 3 tahun. Indikasi dari terus berkembangnya intervensi, terlihat dari inisiatif dari beberapa kelompok mendirikan lembaga yang independen.
Para pengacara yang tadinya berasal dari pengacara gereja dan pengacara muslim, kemudian mendirikan LBH Bakubae, yang didedikasikan untuk membantu seluruh korban. Para jurnalis yang tadinya terbelah menjadi jurnalis muslim dan jurnalis kristen, dengan inisiatif sendiri mendirikan

Maluku
Media
Center. Para Raja/Latupati sedang terus mempersiapkan diri untuk mendirikan Forum Latupati yang akan berfungsi untuk mencegah konflik di Malukupada masa yang akan datang.
Para aktivis LSM yang terlibat dalam gerakan Bakubae, kemudian mendirikan Pasar Bakubae, yang merupakan media interaksi untuk kedua komunitas yang semula telah terbelah.

Para Hadirin yang saya hormati, pada akhirnya saya sampai kepada akhir dari pidato ini, yaitu mencoba menarik beberapa kesimpulan, yang mudah-mudahan berguna untuk pengembangan dan penerapan teori Psikologi umumnya , khususnya Psikologi Sosial dalam memecahkan masalah yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Kontribusi dari psikososial terhadap penanganan konflik cukup bervariasi, dan memberikan sumbangan yang berharga dan signifikan, terutama teori-teori intergroup process, yang memberikan dampak pada terjadinya konflik antar kelompok. Perlu ada upaya yang lebih komprehensif untuk menemukan dan memperkaya teori-teori intergroup process yang khas
Indonesia, atau yang cocok bagi upaya penerapannya di tingkat lokal.. Karena pada masa mendatang konflik kekerasan antar kelompok masih potensial untuk berkembang di
Indonesia.

Upaya Pasca Sarjana Psikologi Universitas Indonesia, untuk mengembangkan Jurusan intervensi sosial, pada dasarnya sangat adekwat dalam menjamin terus berkembangnya penerapan teori-teori Psikologi Sosial untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dalam masyarakat. Serta membuka ruang untuk ditemukannya metodologi yang bersifat praktis dan tepat guna untuk memecahkan masalah masyarakat.

Masih merebaknya berbagai konflik dengan kekerasan pada berbagai wilayah
Indonesia, serta masih terbengkalainya proses pembangunan pasca konflik diberbagai wilayah konflik, haruslah direspon dengan memadai. Mungkin sudah saatnya bagi kita untuk merancang suatu lembaga baru, yang akan berfungsi untuk mendorong proses pembangunan dan perdamaian di
Indonesia.

Berbagai publikasi seputar upaya-upaya penerapan teori-teori psikologi sosial masih sangat terbatas, sementara kemampuan menulispun hampir tidak ada, pada sebahagian besar para penggiat psikologi sosial, oleh karena itu perlu difikirkan langkah-langkah intervensi untuk menutupi kekurangan tersebut.

Ijinkanlah penulis mengakhiri pidato ini , dengan mengucapkan terima kasih atas perhatian yang diberikan oleh para hadirin yang terhormat. Selamat ulang tahun ke 52 Fakultas Psikologi. Semakin dewasa, semakin banyak berbuat.

Wassalaamualaikum wr wb.

Daftar Pustaka

Burton,J (1990). Conflict: Resolution and Provention . New York St. Martin’s Press.
Enoch Markum (2004) Paper, Konflik Antar kelompok Dalam Perspektif Psikologi,

Jakarta.
Hogg A. M. (2003). Social Psychology, Volume I.
London : Sage Publications Ltd
Hogg A. M. (2003). Social Psychology, Volume IV.
London : Sage Publications Ltd
Ichsan Malik. (2003) BAKUBAE, Gerakan Dari Akar Rumput Untuk Penghentikan
Kekerasan di Maluku, Jakarta 2003, LSPP.
Kelman, H.C. (1990). Interactive problem-solving: a social-psychological approach to
conflict resolution.
Lederach, J.P (1997) Building Peace : Sustainable reconciliation in divided
Societies.Washington DC: Institute of Peace.
Si kahn, (1982).Organizing, A Guide for Grassroots Leaders.McGraw-Hill Book  

Si Kecil Tumbuh Sehat dan Cerdas secara Psikis

Tumbuh sehat dan cerdas seoptimal mungkin dalam rangka menyiapkan batita tangguh, merupakan tugas yang tidak kecil. Selain kesehatan harus dimonitor penuh, biak asupan gizi maupun kelengkapan vaksinasi, kecerdasannya baik cerdas kognitif (IQ) maupun cerdas emosional (EQ) juga harus diperhatikan.

Tiga tahun pertama dalam kehidupan anak, merupakan masa paling rawan. Sebab perkembangan aktivitas anak sangat besar, sementara perkembangan IQ dan EQ pun mulai tampak jelas.

Banyak orang tua merasa bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tergantung pada gen atau bibitnya. Namun pada kenyataannya, banyak pengaruh positif yang dapat mengoptimalkan tumbuh-kembang anak, bila orang tua mau terlibat penuh dalam proses tumbuh-kembang si kecil.

Tanda-tanda Mental, Psikis dan Intelegensia Anak Sehat
Tumbuh kembang anak dapat dilihat dari berbagai aspek. Fisik, psikis dan intelegensia. Bila kebutuhan anak untuk tumbuh-kembang secara optimal terpenuhi, maka pada usia antara 1-3 tahun, ia akan menunjukkan perkembangan-perkembangan yang sangat menakjubkan.

Selepas usia 1 tahun, si kecil tampak lebih antusias untuk belajar berjalan. Saat ini konsentrasinya hanya berpusat pada tujuan yang hendak dicapainya. Begitu keahlian berjalan dikuasainya, maka perkembangan selanjutnya menjadi sangat bervariasi.

Perkembangan Psikis Si Kecil usia 12-18 Bulan: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Perkembangan Psikis Si Kecil (1-3 Tahun)

Usia 12-18 bulan:

  • Ia kini bukan hanya sekedar berjalan, tetapi bergerak ke sana-ke mari dalam upaya menyalurkan minatnya mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah.
  • Minta dibantu untuk naik-turun tangga atau memanjat, membuka-tutup lemari, tempat sampah, laci, rak buku, tas sekaligus mengaduk-aduk isinya. Ia juga tampak ahli membongkar barang-barang yang masih dalam kemasan.
  • Perbendaharaan katanya pun semakin banyak.
  • Ia gemar meniru dan lebih mengenal serta tambah responsif terhadap orang lain, terutama anggota keluarga.
  • Mampu memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing.

Usia 18-24 bulan:

  • Urusan naik-turun tangga semakin dikuasainya, kini ia tak butuh bantuan siapapun.
  • Ia pun sudah ahli menunjuk mata dan hidungnya tau anggota tubuh lainnya.
  • Antusias untuk makan sendiri, gemar mencoret-coret, dan penuh minat pada apa yang dikerjakan orang-orang yang lebih besar.
  • Secara bertahap ia pun mulai ingin dekat-dekat atau ikut bermain dengan anak lain.

Usia 2-3 tahun:

  • Ia mulai belajar meloncat, pertama dengan dua kaki kemudian dengan satu kaki.
  • Urusan memanjat semakin lihai dan semakin tinggi tempat yang dicapainya.
  • Ia juga sudah pandai menyusun kalimat, sudah mengerti bila diajak ‘ngobrol’, sudah penuh minat mendengarkan cerita dan coret-coretnya kini lebih memiliki bentuk. Bahkan membuat lingkaran pun ia sudah mampu.
  • Bermain dengan anak lain, sekarang menjadi keinginan yang sulit dibendung.

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis

Merangsang Kecerdasan Anak

Peran Anda sebagai orang tua dalam mengembangkan fungsi otak anak tidak hanya pada masa janin, tetapi sampai masa kanak-kanak. Sebab, orangtua adalah guru pertama dan utama bagi otak anak. Apa saja yang dapat Anda lakukan agar kecerdasan anak terangsang untuk berkembang secara optimal?

Berdasarkan penelitian para ahli, kecepatan pertumbuhan otak manusia mencapai puncaknya dua kali, yaitu pada masa janin di usia kehamilan minggu ke 15 sampai 20, dan pada usia kehamilan minggu ke 30 sampai bayi berusia 18 bulan.

Dua masa di atas merupakan saat paling penting bagi orang tua untuk berperan aktif dalam merangsang kecerdasan otak. Sebab rangsangan yang diberikan pada usia ini dapat mengubah ukuran maupun fungsi kimiawi dari otak. Karena itu selain asupan gizinya harus diperhatikan, kesempatan seluas mungkin untuk melakukan eksplorasi dengan memegang, melempar, mendorong, menarik dan bereksperimen, harus Anda berikan.

Apa saja yang dapat dilakukan orang tua?

1.       Jangan meletakkan anak dalam boks terus menerus. 2.       Pilihlah anak mainan edukatif sesuai perkembangan usianya. 3.       Bila udara cerah bawa ia bermain di halaman atau di taman dekat rumah dan biarkan ia bebas bermain. 4.       Ajak pula sesekali ke toko. 5.       Minta anak melakukan tugas yang sederhana dan berilah pujian setelahnya. 6.       Tetap bacakan buku cerita yang lama maupun yang baru.Jalan-jalan sekaligus mengasah otak:

  • Naik kereta api
  • Main ke pantai atau taman
  • Mengunjungi kebun binatang

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Meningkatkan Kemampuan Psikis Anak

Daerah otak merupakan daerah paling penting yang harus selalu dilindungi dari cedera maupun penyakit-penyakit tertentu yang menyerangnya. Apa yang harus dilakukan? Perlindungan apa yang dapat Ibu berikan?

Awas! Lindungi otak anak:

1.       Hindarkan dari penyakit campak. Meskipun terlihat ringan, penyakit ini dapat menjadi penyebab utama kesulitan belajar anak, kelainan kepribadian dan tingkah laku bahkan keterbelakangan mental. 2.       Jaga kesehatan anak secara rutin dan berikan vaksinasi yang perlu. 3.       Cegah terjadinya kecelakaan yang bisa melukai otak anak. Naik-turun tangga, naik-naik ke meja, bepergian dengan kendaraan tanpa melakukan pengamanan terhadap si kecil, dll. 4.       Lindungi anak dari racun yang merusak otak. Misalnya timah, yang sering terdapat dalam cat dinding, mainan, koran, alat rumah tangga, pensil, dllSiapkah si kecil bersosialisasi?
Bagi batita, minat untuk menjalin hubungan dengan orang lain baru muncul menjelang usia ke 24 bulan dan proses awal ini akan terus berkembang nyaris seumur hidupnya.

Namun interaksi sosial ini bukanlah hal yang mudah dilakukan. Dibutuhkan bimbingan penuh dan kesempatan yang banyak dari orangtua, agar segalanya berjalan mulus.

Tumbuhkan kemampuan berteman
Kemampuan anak dalam berhubungan dengan teman sebaya pada usia dini merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kemampuan bergaul anak di usia berikutnya. Padahal pada usia dini anak belum mempunyai cukup empati terhadap temannya untuk bisa bermain bersama-sama. Bagi mereka, satu-satunya orang yang patut dipedulikan adalah dirinya sendiri.

Karena itu orang tua dapat membantu agar anak yang ‘antisosial’ ini dalam perkembangannya lebih lanjut, akan mampu berbagi dan bekerja sama, peka terhadap perasaan orang lain dan dapat menyelesaikan konflik tanpa bertindak agresif.

Bantuan orangtua dalam meningkatkan kemampuan si kecil: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Acuan Dalam Meningkatkan Kemampuan Psikis Anak

Acuan bantuan orang tua berikut ini bisa dimanfaatkan:

  • Fokuskan perhatian pada harga dirinya. Ia perlu bangga pada dirinya sendiri sebelum mampu bergaul dengan anak lain.
  • Mulailah dengan berteman dengan anggota keluarga. Bila ia dapat berhubungan baik dengan adik-kakaknya, ia cenderung akan mudah menjalin pertemanan di luar keluarga.
  • Mulailah dengan satu teman. Sediakan cukup mainan, termasuk beberapa mainan yang dobel agar mereka bisa bermain dengan lebih asyik.
  • Mulailah satu jam saja. Hal ini untuk menghindari kejenuhan anak dan agar anak tidak terlalu lelah bermain.
  • Bila berkelompok, biarkan ia berinisiatif sendiri untuk bergabung. Awalnya ia mungkin hanya mengamati, lalu ikut bereaksi dan akhirnya terlibat dalam aktivitas interaksi.
  • Ajak bermain kooperatif. Permainan yang menuntut kebersamaan, seperti main bola, kejar-kejaran, sangat mendukung agar anak segera melakukan interaksi sosial.
  • Selalu dalam pengawasan. Untuk menjaga hal yang tidak-tidak, sebaiknya jangan tinggalkan si kecil dengan temannya. Sebab bila terjadi konflik, Anda harus segera melerainya tanpa pilih kasih.
  • Jaga perasaan anak. Bila anak sulit untuk berteman, jangan memarahinya, membentak, mengkritik bahkan memukulnya. Tetapi hiburlah ia agar segala kendala yang dirasakannya, hilang.
  • Latih sebanyak mungkin. Bila ia lebih sering bertemu teman sebaya, di lingkungan keluarga, tempat tinggal maupun di taman bermain, maka ia akan lebih terlatih sehingga lebih mudah untuk bergaul.
  • Beri waktu. Memaksa anak batita agar cepat bersosialisasi, justru akan memberi efek negatif. Ia akan merasa ada penolakan dari Anda dan akibatnya ia akan semakin melekat pada Anda. Biarkan ia menyadari bahwa bermain dengan teman sebaya lebih asyik daripada main sendiri atau bermain dengan ibu.

Sebaiknya Anda Tahu…
Bahayakah teman imajiner?
Pada usia 2-3 tahun, beberapa anak terlibat dengan teman imajiner. Hal ini biasanya terjadi karena anak di usia tersebut merasa bahwa teman sebaya tidak menyenangkan karena sering merebut mainannya, sementara teman di rumah (ibu dan kakak) terlalu sering melarang ini-itu.

Menurut para ahli jiwa, teman demikian wajar saja karena akan hilang sendiri ketika usia anak bertambah. Bahkan dampak positif karena punya teman imajiner ini sangat baik untuk perkembangan anak. Anak jadi mudah berteman secara nyata, kaya akan kosa kata karena sering ‘ngobrol’ sendiri, kreatif, mandiri dan mudah bekerjasama.

Makanan vs Kecerdasan Anak (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Makanan VS Kecerdasan Anak

Makanan anak harus bergizi, mungkin semua orang tua sudah paham. Berbagai kegunaan vitamin juga sudah banyak diketahui. Namun banyak orang tua yang masih menganggap bahwa anak sehat bila fisiknya terlihat sehat. Mengaitkan masalah tumbuh-kembang anak dengan fisiknya saja terjadi karena urusan kecerdasan anak masih dianggap bawaan dari lahir. Tergantung bibitnya!

Anggapan itu ada benarnya dan ada pula tidak benarnya. Gen, atau faktor keturunan mungkin sedikit banyak punya andil, tetapi dari hasil penelitian para ahli kecerdasan anak itu juga sangat tergantung pada pertumbuhan otaknya.

Pertumbuhan otak sendiri sangat peka terhadap berbagai gangguan. Setiap gangguan seperti kekurangan nutrisi, kekurangan zat asam, cidera, infeksi dan gangguan lain, dapat menghambat aspek pertumbuhan otak, yang akhirnya mempengaruhi kondisi si kecil, kesehatan maupun kecerdasannya.

Dari jumlah nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh-kembang si kecil, ada beberapa nutrisi yang berkaitan erat dengan tumbuh-kembang otak. Di antaranya adalah asam lemak esensial yang banyak terkandung dalam ikan laut (omega-3 dan omega-6), yang penting untuk koordinasi gerak dan daya ingat anak, lalu vitamin A yang dapat memperlancar fungsi otak, vitamin B-12 yang diperlukan untuk pertumbuhan sarung saraf sel otak bayi yang berfungsi sebagai bahan penghantar rangsang (impuls), serta Zn (seng) untuk melancarkan pertambahan sel otak.

Berdasarkan hasil penelitian terakhir para ahli diketahui bahwa dari Omega-3 ada bagian yang disebut DHA (Docosahexaenoic Acid) yang berperan cukup besar pada pertumbuhan otak yaitu untuk pembentukan dan fungsi sel otak, sekaligus untuk perkembangan retina/penglihatan.

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa sumber DHA (Omega-3) adalah ikan laut, maka untuk kecerdasan si kecil menu ikan laut sedapat mungkin harus ada dalam makanannya. Bila ada kendala untuk melakukannya, Anda harus segera mencari alternatifnya. Antara lain, Anda dapat memilih makanan untuk anak yang dikemas sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak dan dilengkapi dengan DHA.

Memahami perkembangan otak: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Makanan VS Kecerdasan Anak

Makanan anak harus bergizi, mungkin semua orang tua sudah paham. Berbagai kegunaan vitamin juga sudah banyak diketahui. Namun banyak orang tua yang masih menganggap bahwa anak sehat bila fisiknya terlihat sehat. Mengaitkan masalah tumbuh-kembang anak dengan fisiknya saja terjadi karena urusan kecerdasan anak masih dianggap bawaan dari lahir. Tergantung bibitnya!

Anggapan itu ada benarnya dan ada pula tidak benarnya. Gen, atau faktor keturunan mungkin sedikit banyak punya andil, tetapi dari hasil penelitian para ahli kecerdasan anak itu juga sangat tergantung pada pertumbuhan otaknya.

Pertumbuhan otak sendiri sangat peka terhadap berbagai gangguan. Setiap gangguan seperti kekurangan nutrisi, kekurangan zat asam, cidera, infeksi dan gangguan lain, dapat menghambat aspek pertumbuhan otak, yang akhirnya mempengaruhi kondisi si kecil, kesehatan maupun kecerdasannya.

Dari jumlah nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh-kembang si kecil, ada beberapa nutrisi yang berkaitan erat dengan tumbuh-kembang otak. Di antaranya adalah asam lemak esensial yang banyak terkandung dalam ikan laut (omega-3 dan omega-6), yang penting untuk koordinasi gerak dan daya ingat anak, lalu vitamin A yang dapat memperlancar fungsi otak, vitamin B-12 yang diperlukan untuk pertumbuhan sarung saraf sel otak bayi yang berfungsi sebagai bahan penghantar rangsang (impuls), serta Zn (seng) untuk melancarkan pertambahan sel otak.

Berdasarkan hasil penelitian terakhir para ahli diketahui bahwa dari Omega-3 ada bagian yang disebut DHA (Docosahexaenoic Acid) yang berperan cukup besar pada pertumbuhan otak yaitu untuk pembentukan dan fungsi sel otak, sekaligus untuk perkembangan retina/penglihatan.

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa sumber DHA (Omega-3) adalah ikan laut, maka untuk kecerdasan si kecil menu ikan laut sedapat mungkin harus ada dalam makanannya. Bila ada kendala untuk melakukannya, Anda harus segera mencari alternatifnya. Antara lain, Anda dapat memilih makanan untuk anak yang dikemas sesuai dengan kebutuhan nutrisi anak dan dilengkapi dengan DHA.

Memahami perkembangan otak: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Memahami Perkembangan Otak

Sesungguhnya, sistim saraf pusat atau otak manusia paling awal dibentuk pada akhir minggu kedua kehamilan sampai minggu keenam. Pada minggu ke delapan, di dalam rahim telah terjadi proses pertumbuhan yang menakjubkan. Pada janin yang panjangnya baru sekitar 10 sentimeter telah terbentuk anggota tubuh janin, sementara pada otaknya yang sekilas tampak kosong, ada satu sel saraf dalam otak kecil yang sedang berkembang.

Setiap menit sekitar 100.000 sel saraf otak bertambah, sehingga pada saat lahir jumlah sel mencapai 100 milyar. Sel saraf otak ini akan terus berkembang, sehingga pada usia 5 tahun, ukuran otak anak telah mendekati ukuran otak orang dewasa, kira-kira 90%. Nutrisi yang tepat selama kehamilan dan selama 5 tahun usia anak, sangat berperan dalam hasil perkembangan otak. Sementara hasil perkembangan otak sangat mendukung hasil belajar, seperti aktivitas kognitif dan motorik, pemecahan masalah dan bahasa.

Tahukah Anda…
Otak manusia terdiri dari dua belahan kiri dan kanan, dengan fungsi yang berbeda.

Fungsi otak kiri

Fungsi otak kanan

Mekanisme tangan kiri Mekanisme tangan kanan
Bicara Fantasi
Bahasa Kreativitas
Menulis Musik
Logika Seni
Ilmiah  
Matematika  

5 hal yang perlu diperhatikan orangtua: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

5 Hal yang Perlu Diperhatikan Orang Tua


Ada kalanya para ibu ingin sedini mungkin anak mempunyai kemampuan yang melebihi usianya agar tampak hebat dibandingkan dengan anak sebayanya. Hal ini sah-sah saja, selama anak dirangsang kecerdasannya dengan memperhatikan
lima aspek berikut ini:

1.       Hampir seluruh waktu anak dipakai untuk tidur dan bermain. Maka bila Anda ingin mengajarkan sesuatu padanya, jadikanlah kegiatan belajar tersebut sebagai bagian dari kegiatan bermain. 2.       Setiap anak di usia ini memiliki dorongan eksplorasi (menyelidiki), memeriksa, mencoba, mencari hal-hal baru, belajar menggunakan alat-alat inderanya dan memuaskan rasa ingin tahunya, yang sangat besar. Tetapi karena perkembangan rasa egonya yang juga sedang memuncak, sering kali dorongan itu hilang hanya karena ia merasa dipojokkan. Misalnya karena dipaksa, dikritik, atau dihukum. Karena itu rangsanglah setiap minatnya dengan cara yang lebih positif. 3.       Bagaimanapun hasil akhir “tugas” yang Anda berikan padanya, sebaiknya diterima dengan rasa suka cita dan bangga. Pujilah ia dan berilah ia hadiah. Ingat, hadiah tidak selalu harus berupa barang, melainkan berupa tepukan lembut di kepala, usapan sayang dan pelukan hangat, juga sangat berarti baginya. 4.       Proses belajar bagi anak seusia ini haruslah berlangsung dalam suasana gembira dan selalu disesuaikan dengan umur dan kemampuannya. Sebab tujuan akhir dari segala aktivitas yang Anda berikan padanya adalah untuk membuat anak merasa bahagia. 5.       Menjawab pertanyaan anak juga merupakan proses belajar yang intinya sama dengan merangsang kecerdasan anak. Sesibuk apapun Anda, ambil waktu untuk menjawab setiap keingintahuan anak. Kurang bijaksana kalau Anda menunggu sampai “jadwal” belajar yang Anda programkan tiba.Ingat!
Banyak kasus yang menunjukkan perkembangan anak baik fisik, kognitif maupun sosialnya terganggu karena buruknya hubungan emosi ibu dan anak. Itu sebabnya motto “Asih, asuh, asah”, harus tetap dipegang orang tua dalam mengupayakan tumbuh-kembang anak seoptimal mungkin.

Asih adalah kebutuhan emosi atau kasih sayang. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan rasa aman yang diwujudkan dalam kontak fisik dan psikis sedini mungkin.

Asuh adalah kebutuhan fisik biomedis yaitu kebutuhan anak akan pangan (gizi), perawatan kesehatan primer seperti imunisasi, papan, higienis dan sanitasi, sandang, kesegaran jasmani (olahraga) dan rekreasi.

Asah adalah kebutuhan akan stimulasi mental. Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini sangat penting di usia batita ini.

Memahami kemampuan kognitif si kecil: (bersambung)

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”


Memahami Kemampuan Kognitif Si Kecil

Kecerdasan atau intelegensia anak itu meliputi kecerdasan kognitif, emosi dan sosial. Pada usia batita, perkembangan kecerdasan anak ini tampak mengalami lonjakan besar. Dari mahluk kecil yang lemah dan “keberadaannya” kurang menonjol, menjadi bagian dari keluarga yang justru nyaris menyedot hampir seluruh perhatian anggota keluarga lainnya.

Berbicara dan menguasai tata bahasa
Beberapa bulan setelah ulang tahunnya yang pertama, tiba-tiba Anda menyadari kalau “bayi” Anda kini sudah mampu berkomunikasi bahkan “berbicara” dengan anggota keluarga lainnya. Semakin hari semakin banyak pula perbendaharaan katanya. Maka menjelang usianya yang ke tiga, ia pun sudah mampu menyusun kalimat dan menjelma menjadi mahluk yang “ceriwis” sekali.

Baca-tulis-hitung
Awalnya ia tampak mulai hafal bentuk-bentuk geometris sebagai awal dari huruf, lalu mulai mengenal huruf-huruf dan senang sekali mencoret-coret. Menjelang usia dua tahun ia sudah mengenali angka dan gambar serta mulai menulis dan menggambar dengan lebih terarah. Pada usia tiga tahun, ia sudah mampu menggambar lingkaran dan membaca bahkan menulis nama panggilannya. Ia juga sudah bisa menunjukkan jarinya untuk menggambar berapa banyak usianya.


Logika
Ia pun kini mampu memahami perintah, bila gembira ia bersenandung atau bahkan bernyanyi, mampu memasukkan bentuk-bentuk geometrik ke lubangnya tanpa dibantu, menyadari adanya lingkungan lain di luar keluarganya dan mulai memiliki kemampuan berinteraksi dengan anak lain.

Lain-lain

·  Dalam berkomunikasi sudah pandai menggunakan intonasi. ·  Dapat lebih menahan emosinya bila diperintahkan. ·  Mampu berkonsentrasi penuh. ·  Sangat kreatif. ·  Sudah mulai mandiri untuk beberapa hal sederhana. Apa yang dapat dilakukan orang tua?
1. Bahasa:

Anda dapat membantu anak untuk menambah perbendaharaan kata, memperkenalkan hal-hal baru, membetulkan ucapan yang salah, menanggapi dan memuji usahanya. Anak akan senang bila ia mampu menguasai bahasa yang memungkinkan ia mengatakan isi hatinya.

Pada usia ini kemampuan anak untuk menyerap pengetahuan bahasa amat menakjubkan. Dan kalau anak mulai bisa menguasai bahasa dan bisa mengatakan maksudnya, maka ia akan lebih mudah dikendalikan.

Bagaimana caranya? Bercakap-cakaplah dengan wajar pada waktu-waktu Anda bersamanya. Misalnya saat mandi, sebutkan bagian-bagian tubuh yang masih belum diketahuinya. Saat berpakaian, sebutkan jenis pakaian yang sedang dikenakan. Ingat, Anda juga harus menahan diri untuk menyela bila ia tampak sedang berusaha mengatakan sesuatu.

2. Membaca:
Kesenangannya pada buku yang bertambah pesat dapat dijadikan ajang pengenalan huruf maupun angka. Lakukan kegiatan membacakan buku ini secara rutin, pengulangan buku tidak akan menimbulkan masalah karena ia juga dalam masa ingin melakukan pengamatan. Gunakan buku-buku cerita yang sesuai dengan usia anak. Bila mungkin ajaklah anak untuk meniru huruf ataupun angka, serta gambar yang dilihatnya dalam buku cerita tersebut.

3. Pengamatan:
Kebutuhan untuk pengamatan yang konstan dan terus menerus juga muncul di usia ini. Tampaknya si kecil sedang berupaya menarik kesimpulan mengenai dunia di sekitarnya. Anda jangan jengkel bila si kecil bolak-balik minta dibacakan buku cerita yang sama, bolak-balik membuka dan menutup botol minumnya atau mengeluarkan dan memasukkan kembali baju dari lemarinya.

4. Pengenalan Konsep:
Pengenalan konsep ini perlu untuk mengembangkan kemampuan anak dalam bidang matematika. Bermain pura-pura adalah cara yang paling efektif. Bila mungkin siapkan sarana yang menunjang untuk permainan pura-pura ini. Misalnya mainan masak-masakan, dokter-dokteran, dsb.

5. Ilmu Pengetahuan:
Anda dapat memanfaatkan setiap pertanyaannya atau pun minatnya, untuk memperluas wawasan dalam bidang ilmu pengetahuan. Beri ia jawaban dengan kata-kata yang sederhana tetapi jelas. Bila perlu, Anda dapat merangsang minatnya lebih jauh dengan mengajaknya bereksperimen. Yang penting Anda harus membantu anak agar lebih peka terhadap lingkungan untuk mencari hal-hal di balik suatu kejadian dan untuk menggunakan kelima panca inderanya dalam meneliti dunianya.

Sumber: Buklet Milna “Agar Si Kecil Tumbuh Sehat & Cerdas (Psikis)”

Filsafat

Filsafat

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = “kebijaksanaan”). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan” atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut “filsuf”.

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal ini membuat filasafat sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu bisa dikatakan banyak menunjukkan segi eksakta, tidak seperti yang diduga banyak orang.

Klasifikasi filsafat

Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”.

Filsafat Barat

‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno.

Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

Filsafat Timur

‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India, Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah

‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut bergitu)dan Averroes.

 

Munculnya Filsafat

Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

www.wikipedia.com