Archive for the ‘TARBIYAH’ Category

   Materi ini saya dapat saat sholat Tarawih di Masjid Ar Rahmah SDIT Utsman bin Affan yang sudah melaksanakan sholat Terawih bersama sejak awal puasa ini. Materi disampaikan oleh Dr.M.Baihaqi, MA seorang dosen IAIN Sunan Ampel Surabaya. Kesimpulannya saja yang akan saya share kepada pembaca blog tercinta ini he..he…

  10 hal itu  menjadi indikator apakah puasa seorang muslim telah “berhasil” apa belum. Meski puasa adalah ibadah yang Allah SWT sendiri yang memberikan balasan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa ibadah dalam Islam selalu memiliki dampak terhadap sosial, dan inilah yang bisa dilihat, dirasakan, dan diukur oleh manusia.

  10 hal yang bisa menunjukkan kesuksesan seorang muslim berpuasa Ramadhan adalah :

  1. BERGEMBIRA DENGAN DATANGNYA RAMADHAN. Saya pernah teringat sebuah riwayat yang kurang lebih bermakna (mohon koreksi jika salah 🙂 ) bahwa seorang muslim yang benar akan menyambut baik datangnya bulan Ramadhan bahkan merindukan kedatangannya. Maka kesipulannya adalah perlu kita bergembira dengan datangnya bulan suci ini, jika tidak bisa berusahalah untuk bergembira meskipun dengan alasan yang mungkin sepele seperti bisa berbuka bersama, bisa sholat bersama, bisa belanja bersama, dll.
  2. BANYAK MELAKUKAN IBADAH SHOLAT SUNNAH. Seperti sholat Dhuha, sholat sunnah Rawatib, dll yang memang disunnahkan  atau dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW bukan dibuat-buat.
  3. TIDAK MENINGGALKAH QIYAMUL RAMADHAN. Atau yang biasa dikenal dengan sholat Tarawih sepanjang Ramadhan tidak boleh bolong-bolong.
  4. BANYAK MELAKUKAN INFAQ SHODAQOH. Ini tidak saja berupa uang atau materi namun termasuk juga tenaga dan pikiran. Bahkan terseyum kepada saudara semuslim juga termasuk shodaqoh kata Rasulullah SAW lho…
  5. MEMBERIKAN BUKA PUASA KEPADA ORANG YANG BERPUASA. Zaman sekarang tidaklah sulit melakukan yang satu ini, cukup lewat transfer rekening atau SMS ke penyedia pelayanan sosial terutama kepada orang yang memang membutuhkan.
  6. MENJAUHI MAKSIAT. Ini mutlak dilakukan bahkan tidak saja di bulan puasa namun juga di hari-hari biasa. Menurut Umar bin Khattab perbuatan maksiat adalah perbuatan yang jika kamu telah melakukan tidak ingin diketahui oleh orang lain.
  7. MENJAUHI PERBUATAN YANG MUBAH NAMUN SIA-SIA. Mungkin ini sedikit sulit melakukannya contoh saja ya… menjauhi menonton TV, jalan-jalan, baca koran, dll. Memang perbuatannya mungkin tidak termasuk dosa namun bisa melalaikan kita untuk melakukan hal yang wajib dan sunnah.
  8. MAMPU MENGKHATAMKAN AL QUR’AN. Sebagaimana para sahabat Nabi yang di bulan ini mereka berlomba-lomba banyak-banyakan khatam Al Qur’an bahkan Utsman bin Affan selama bulan Ramadhan mampu mengkhatamkan 30 kali. Bagaimana dengan anda dan saya ?
  9. BANYAK BERSILATURRAHMI. Sebagai bagian dari sunnah dan mempererat persaudaraan sangat penting, khususnya kepada orang yang membutuhkan.
  10. MELAKUKAN I’TIKAF DI 10 HARI TERAKHIR. Mungkin yang terakhir ini sangat berat apalagi bagi kita yang memiliki kesibukan kerja. Jam kerja kita saja baru 5 hari terakhir yang libur. Bahkan jika libur kita banyak disibukkan dengan yang aktifitas lainnya misalnya saja persiapan lebaran atau lainnya. Oleh karena itu lakukannlah Itikaf sebenarnya sebisa mungkin di masjid khususnya hari-hari ganjil di 10 hari terakhir, terutama saya sarankan kepada yang masih muda dan belum berkeluarga sebab waktu itu masih memungkinkan untuk i’tikaf 10 hari penuh. Jika masa belum berkeluarga ini lewat, mungkin bisa-bisa seumur hidup tidak bisa penuh, tapi jika kita punya niat dan semagat pasti mampu. Ini pengalaman pribadi.

  Demikian rangkuman materi terawih yang saya dengar dan sedikit saya komentari namun tidak keluar dari isi. Setelah saya pikir-pikir mungkin benar yang bisa mencapai 10 hal diatas adalah orang-orang yang terasa atau tampak berhasil dalam puasanya.

  Semoga kita bersama bisa mencapainya, dan jika yang belum ada perencanaan mulai saat ini RENCANAKAN ULANG TARGET PUASA ANDA…. mari kita berdoa bersama-sama agar mampu mencapainya secara bersama.

 

  1. Makan dan minum yang cukup, sekitar 8-10 gelas sehari.
    Dalam hal minum ini, para lansia (lanjut usia) seringkali tidak merasa haus walau baru minum sedikit. Namun demi kesehatan, hendaknya diusahakan untuk minum yang cukup meski tidak haus.
    Minum air di sini tidak selalu berarti air putih semata, tetapi minum teh, susu, jus buah, koktil buah, bahkan kuah sayur juga termasuk dalam jumlah air yang kita konsumsi.
  2. Untuk kebutuhan kalori, biasanya wanita membutuhkan kalori sekitar 1.900 kalori, sementara pria 2.100 kalori.
    Kalori sebanyak ini bisa terpenuhi dari makanan dan minuman yang disantap selama sahur dan buka puasa. Tapi tentunya, makanan dan minuman itu harus memenuhi standar gizi yaitu 50 persen karbohidrat, 25 persen lemak, 10-15 persen protein, serta vitamin dan mineral secukupnya.
    Untuk makanan, sebaiknya pilih makanan alami karena lebih aman.
    Misalnya: karbohidrat diperoleh dari nasi, kentang, mi atau jagung. Protein dari daging, ikan, tempe, tahu, dan lain-lain. Sedangkan sumber vitamin dan mineral ada pada sayuran dan buah-buahan berwarna kuning, hijau tua, dan merah.
  3. Saat berbuka puasa, hendaknya tidak makan sekaligus banyak, tapi secara bertahap.
    Dimulai dengan menikmati makanan ringan atau minuman yang manis-manis.
    Jika Anda suka kurma, makanlah buah yang berasa manis ini. Selain berguna untuk menyuplai energi, kurma juga kaya kandungan zat gizi seperti kalium, magnesium, niasin, dan serat.
  4. Sedangkan pada saat sahur, meski kurang bernafsu untuk makan karena rasa kantuk belum hilang, sebaiknya digunakan sebaik-baiknya. Ada anjuran untuk makan sahur selambat mungkin, kira-kira setengah jam sebelum Imsak.
    Tapi ingat, sebaiknya makan sahur JANGAN terlalu kenyang, kira-kira sepertiga dari kebutuhan kalori sehari.
  5. Jika tidak bisa makan nasi dalam jumlah yang cukup banyak (karena ada perubahan pada lambung dan gerakan usus) cobalah untuk makan camilan.
    Untuk mencegah sembelit, sebaiknya sayur dan buah dikonsumsi setiap hari.
  6. Istirahat di waktu siang hari. Ini berguna untuk menghindari keluarnya keringat yang sangat banyak.

“Terbuka” itulah yang disampaikan oleh Hasan Al Banna dalam bukunya “Risalah Pergerakan” yang diterbitkan oleh Era Intermedia Jakarta yang sudah mencapai cetak ulang enam kali di tahun 2001. Di awal dipaparkan bagaimana dakwah yang dibawa oleh beliau dan prinsip-prinsip gerakan terhadap aliran/isme atau madzhab.

Pada buku beliau terdapat bahasan “Kepada Apa Kami menyeru Manusia?” Hal.57-88. Kali ini penulis mencoba memberikan review yang tentunya sepemahaman penulis dan sangat mungkin terdapat kekurangan.

Yang dapat ana tangkap dari bab ini, beliau memulai dengan kemungkinan manusia bebeda persepsi meski kita yankin sudah menjelaskannya segamblang-gamblangya, menurut beliau hal ini “karena tolak ukur yang digunakan oleh masing-masing kita dalam mempersepsi apa yang ia dengar dan apa yang ia katakana saling berbeda…” Oleh karena itu dibutuhkan arahan yang jelas bingkai jamaah.

Berikut ini beberapa bingkai yang beliau gariskan dalam jamaah :

  1. Lanjut Baca »

Betapa senangnya jika kita memiliki sesuatu yang baru. Baju baru, jam baru, rumah baru, mobil baru, sepeda baru, teman baru, dan baru baru yang lain. Namun, ada baru yang dapat menjadikan diri manusia tidak enak sehingga merindukan status quonya, siapa yang senang apabila mempunyai sakit baru, musuh baru, dosa baru, dan baru baru lainnya yang berarti negatif.

Selamat datang tahun baru Hijrah 1430 dan juga tahun 2009 M. Datangnya hari dengan dua momen yang bemiliki makna “baru” ini menjadi istimewa atau biasa saja (bagi yang menganggapnya begitu) sebab setidaknya menurut saya momen tahun baru menjadikan kita hal-hal yang baru, saya merasa tahun baru atau tidak itu BIASA SAJA sebab hari esok itu adalah baru dan selamanya adalah baru. Apa kita tidak sadar juga jika hari esokpun terasa menjadi baru? Apakah kita tahu yang akan terjadi esok? Jika tidak tahu kan artinya itu BARU. Jika ada yang mengetahui hari esok maka layaklah ia mengatakan hari esok adalah hari biasa.

Bagi saya semua hari adalah HARI BARU dan menjadi tahun baru.

Mutiara Pepasir

pasir berbisik
pada kerotang kerinduan
betapa pasir teramat membutuhkan
celah-celah air yang segar

pasir mengiba
pada raja tata surya
agar tak banyak memberinya cahaya

Pasir bercita-cita
kelak ketika pasir menciumi wangi surga
kan pasir wujudkan mimpi-mimpi bahari
yang selalu digunduli nelayan

 

 

  Kehadiran partai politik dalam suatu pemerintahan yang berlebelkan demokrasi memang tidak bisa lagi dihindari. Hal ini juga bisa terjadi di kampus. Akan tetapi kebutuhnan menciptakan sistem birokrasi pemerintahan yang netral, profesional, dan mantap tidak bisa juga dihindari. Keduanya merupakan kebutuhan yang esensial yang mestinya disadari oleh Presiden. Kelembagaan birokrasi pemerintah mestinya memperoleh perhatian yang pertama sebelum semuanya diperbaiki.
Selain kehadiran sistem politik yang berlainan dan keadaan krisis kreatifitas dan kejumudan yang belum nampak perbaikannya, maka faktor lain adalah rendahnya akontabiliyas publik yang dilakukan oleh kelembagan birokrasi pemerintah.
Keadaan seperti ini, bisa dipergunakan sebagai salah satu strategi perubahan atau reformasi birokrasi pemerintah. Strategi ini bisa diawali dengan perubahan kelembagaan birokrasi pemerintah. Lembaga birokrasi merupakan suatu bentuk dan tatanan yang mengandung struktur dan kultur. Struktur mengetengahkan susunan dari suatu tatanan, dan kultur mengandung nilai (values), sistem, dan kebiasaan yang dilakukan oleh para pelakunya yang mencerminkan perilaku dari sumberdaya manusianya. Oleh karena itu reformasi kelembagaan birokrasi meliputi reformasi susunan dari suatu tatanan birokrasi pemerintah, serta reformasi tata nilai, tata sistem, dan tata perilaku dari sumber daya manusianya.
Dalam konteks kita sebagai aktivis dakwah, perubahan harus terus dilakukan melalui dakwah. Berbagai uslub & iqtiraahaat (cara & metode) dakwah adalah merupakan sebuah ijtihad Al Ikhwan dalam meletakkan prioritas dalam berdakwah berdasarkan kedekatan & kemudahan dalam perbaikan dan pembangunannya, oleh karena hal ini merupakan makaanul-ijtihaad (tempat ijtihad) maka ia sama sekali bukan hal yang bersifat qath’iy (tidak bisa berubah). Termasuk bagaimana kita mengambil sikap koalisi dalam birokrasi.
Dalam http://www.al-ikwan.net yang membahas tentang konsep dakwah, ada yang akan mengatakan bahwa mereka akan atau ingin menggunakan metode dakwah & cara yang lain, maka kepada mereka kami katakan: Min fadhlika wa ihsaanika (Silakan).. Karena tujuan Al Ikhwan membuat tahapan-tahapan dalam dakwah adalah hanya untuk menentukan skala prioritas & penetapan target-target yang terukur & terencana dengan baik. Bisa jadi ada yang menggunakan cara berbeda, maka itupun ijtihaad pula, yang penting tidak didasari semangat hizbiyyah (merasa hanya kelompoknya saja yang sesuai sunnah) atau ta’ashhubiyyah (fanatik terhadap kelompok/pemikiran sendiri)..
Jika dikatakan mengapa Al Ikhwan berani mengatakan bahwa hal ini termasuk makaanul-ijtihaad? Dan apakah tidak cukup kita meniru salaful-ummah saja? Ana katakan jika kita melihat sirah para anbiyaa’ wal mursaliin -Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada mereka semua- sebagai sebaik-baik salaful-ummah, maka antum akan dapatkan berbagai ijtihaad mereka dalam masalah ini & tidak hanya menggunakan 1 cara saja, yang kesemua ijtihaad mereka itu tercantum dalam Kitabullaah, lihatlah ayat-ayat sebagai berikut:

 

1. Mawqifu nuh: dakwah secara rahasia dan terang-terangan
“Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan. Kemudian sesungguhnya aku (menyeru) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan dengan diam-diam.” (QS Nuh, 71/8-9)
Dalam ayat di atas digambarkan bagaimana berbagai metode dakwah telah ditempuh oleh Nabi Nuh -Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada beliau- dalam mendakwahi kaum & ummatnya. Nuh -Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada beliau- Beliau telah melakukan berbagai metode dalam dakwahnya baik sirriyyah maupun ‘alaniyyah.
Menurut Imam at-Thabari bahwa maknanya menyeru dengan kaumnya secara rahasia. Berkata Imam Al-Qurthubi bahwa maknanya adalah Nuh mendatangi mereka satu persatu ke rumah-rumah mereka. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada beliau- menggabungkan cara rahasia dengan cara terang-terangan, demikianlah cara ber-amar ma’ruf nahyul munkar, hendaklah dimulai dengan rahasia & lembut lalu jika tidak berhasil maka barulah menggunakan cara terang-terangan & tegas.
Imam al-Maqrizi dalam kitabnya menyitir pendapat ‘Urwah bin Zubair, Ibnu Syihab & Ibnu Ishaq tentang waktu antara awal kenabian (turunnya QS Al-’Alaq di gua Hira’) sampai turunnya ayat Fashda’ Bimaa Tu’maru Wa A’ridh ‘Anil Musyrikiin QS Al-Hijr, 15/94 sampai pada Wa Andzir ‘Asyiiratakal Aqrabiin QS Asy-Syu’araa’, 26/214 dan ayat Qul Innii Anan Nadziirul Mubiin QS Al-Hijr, 15/89 adalah 3 tahun, Al-Baladziri menyebutkan 4 tahun. Ada pula beberapa pendapat yang menganggap masa terputusnya wahyu tersebut sekitar 40 hari, 15 hari atau bahkan 3 hari
Dalam sunnah Nabi muhammad -Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada beliau- terlihat bahwa fase dakwah sirriyyah berakhir setelah Nabi mendapatkan jaminan keamanan dari ALLAH [QS Al-Hijr, 15/95]. Demikianlah yang harus diikuti, yaitu pertimbangan sirriyyah & ‘alaniyyah dalam berdakwah adalah keamanan & perkiraan sampai serta diterimanya dakwah itu sendiri, setelah dakwah aman dilakukan secara jahriyyah, maka wajib bagi para da’i menyampaikannya secara jahriyyah.

 

2. Mawqifu Yusuf: berkoalisi dengan pemerintah sekular
Sementara kita dapati ijtihad yang berbeda dari Nabi Yusuf -Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurah pada beliau- sebagaimana dituturkan dalam ayat yang mulia berikut ini:
“Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku sebagai menteri perbendaharaan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”.” (QS Yusuf, 12:55)
Berkata Imam At-Thabari dalam tafsirnya atas ayat tersebut (VII/241). Berkata Ibnu Zaid tentang makna kalimat QAALAJ’ALNII…: bahwa Fir’aun Mesir tersebut memiliki banyak sekali pembantu-pembantu selain untuk urusan menteri perbendaharaan (pertanian), maka semua pembesar Mesir setuju pada pengangkatan Yusuf di posisi tersebut & mereka semua tunduk pada putusannya. Berkata Syaibah Adh-Dhabiy: Maksudnya mengurus urusan pangan. Adapun makna INNII HAFIIZHUN ‘ALIIM: Hafiizh (mampu amanah dalam mengurus) tugas tersebut & ‘aliim (tahu ilmunya) atas pekerjaan tersebut.
Berkata Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya (II/633). Dalam ayat ini menunjukkan dibolehkan bagi seseorang memuji dirinya sendiri (tentang kelebihan & potensinya), jika orang lain tidak tahu & hal tersebut dibutuhkan.
Imam Al-Baghawiy dalam tafsirnya (I/251) menyitir hadits Nabi SAW dari Ibnu Abbas ra: “Semoga ALLAH SWT merahmati akhi Yusuf as, seandainya ia menyatakan ANGKATLAH AKU SEBAGAI MENTERI PERBENDAHARAAN, saat pertama bertemu maka ia akan diangkat. Tetapi ia sengaja mengakhirkannya selama setahun, sehingga ia bisa bersama Raja Mesir tersebut di rumahnya.” Berkata Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya (IX/181): Di dalam ayat ini ada beberapa hukum fiqh sebagai berikut:
PERTAMA, beliau (Yusuf a.s.) menjelaskan (memperkenalkan) siapa dirinya, yaitu orang yang mampu mengurus amanah tersebut & tahu ilmunya.
KEDUA, berkata sebagian ulama (di antaranya Imam Al-Mawardi) bahwa para ulama berbeda pendapat tentang makna ayat ini, berkata sebagiannya bahwa dibolehkan bagi seorang yang memiliki keutamaan untuk bekerja pada seorang yang pendosa (fajir) atau penguasa yang kafir dengan syarat ia mengetahui hal-hal yang salah sehingga ia bisa memperbaikinya semampunya. Adapun jika yang dilakukannya tersebut untuk menuruti syahwat sang pendosa, maka hal yang demikian tidak diperkenankan. Dan berkata sebagian ulama lainnya, bahwa hukum ini hanya khusus untuk Yusuf a.s saja, & tidak berlaku bagi selainnya. Tetapi menurutku (Imam Al-Qurthubi) pendapat yang pertama lebih kuat, waLLAHu a’lam.
KETIGA, dalam ayat ini juga menunjukkan hukum dibolehkannya seseorang untuk menyampaikan keahliannya dalam sebuah pekerjaan. Ada yang menyatakan bahwa hal ini bertentangan dengan hadits riwayat Muslim dari Abdurahman Bin Samrah Ra, Dimana Telah Bersabda Nabi Saw: “Wahai Abdurrahman jangan engkau meminta kekuasaan, karena sesungguhnya jika engkau diberi karena engkau memintanya maka ia dibebankan seluruhnya padamu, sedangkan jika engkau diberi tanpa engkau memintanya maka engkau akan ditolong (ALLAH SWT).” Maka jawabanku (Imam Al-Qurthubi) atas hal ini 2 hal sebagai berikut: 1) ketika Yusuf a.s. meminta kekuasaan tersebut ia mengetahui tidak ada seorangpun yang lebih adil & lebih baik untuk menyantuni fakir-miskin untuk tugas tersebut, sehingga menjadi fadhu ‘ain baginya & bagi siapapun selain Yusuf a.s untuk menyampaikan kemampuannya, & maju ke depan mengambil jabatan tersebut. Adapun jika ia melihat ada orang lain yang lebih adil dari dirinya & lebih mampu maka wajib baginya menyerahkan pada orang lain tersebut sebagaimana hadits Muslim di atas. 2) Bahwa Yusuf a.s tidak memuji dirinya sendiri, ia tidak mengatakan bahwa ia orang baik atau ia tampan, melainkan ia hanya menyampaikan informasi yang benar tentang kemampuannya & tidak menyembunyikannya. Sehingga berkata Nabi SAW memuji Yusuf a.s: “AL-KARIIM, IBNUL KARIIM, IBNUL KARIIM, IBNUL KARIIM YUUSUF BIN YA’QUUB BIN ISHAAQ BIN IBRAHIIM.” 3) Bahwa beliau menyampaikan tentang hal tersebut karena orang-orang belum tahu, sehingga beliau a.s. menganggap fardhu ‘ain atas dirinya untuk menjelaskan agar mereka mengetahuinya, 4) Bahwa hal ini menjadi hukum bolehnya seseorang untuk mensifati dirinya tentang kemampuan & kelebihannya, berkata Imam Al-Mawardi bahwa maksudnya bukan seluruh kelebihannya disampaikan, melainkan hanya yang berkaitan dengan jenis pekerjaan yang sedang/akan dihadapi tersebut.

“Terbuka” itulah yang disampaikan oleh Hasan Al Banna dalam bukunya “Risalah Pergerakan” yang diterbitkan oleh Era Intermedia Jakarta yang sudah mencapai cetak ulang enam kali di tahun 2001. Di awal dipaparkan bagaimana dakwah yang dibawa oleh beliau dan prinsip-prinsip gerakan terhadap aliran/isme atau madzhab.
Pada buku beliau terdapat bahasan “Kepada Apa Kami menyeru Manusia?” Hal.57-88. Kali ini penulis mencoba memberikan review yang tentunya sepemahaman penulis dan sangat mungkin terdapat kekurangan.
Yang dapat ana tangkap dari bab ini, beliau memulai dengan kemungkinan manusia bebeda persepsi meski kita yankin sudah menjelaskannya segamblang-gamblangya, menurut beliau hal ini “karena tolak ukur yang digunakan oleh masing-masing kita dalam mempersepsi apa yang ia dengar dan apa yang ia katakana saling berbeda…” Oleh karena itu dibutuhkan arahan yang jelas bingkai jamaah.
Berikut ini beberapa bingkai yang beliau gariskan dalam jamaah :
1. Dasar Pijakan adalah Kitabullah “dialah lautan dari mana dita meraup mutiara kecemerlangan, dan referensi kepada mana kita menentukan hukum”

2. Visi dan Misi Hidup ; (QS. Al Hajj 77-78) maka menurutnya “kaum Muslimin sebagai mandataris_Nya di hadapan umat manusia, memberikan kepada hak kepemimpinan dan kemimpinan atas dunia untuk menunaikan mandate suci itu. Jadi kekuasaan adalah hak kita, bukan hak Barat atau siapapun, keberadaannya adalah demi peradapan Islam, dan bukan peradapan materialisme”.

3. Tujuan ; berputarnya roda jamaah adalah tergantung dengan tujuannya sebab “adalah dasar dan perbuatan adalah buahnya”. Beliau butuh menjelaskan dan membatasinya. “Kita telah sepakat bahwa tujuan kita adalah memimpin dunia, dan membiming manusia kepada ajaran Islam yang syamil, dimana manusia tidak mungkin menemukan kebahagiaan kecuali bersamanya.”

4. Kredo perjuangan ; adalah prinsip dari gerakan yang menjadi motivator.
a. Untuk tujuan suci, kaum muslimin rela berkorban jiwa dan raga “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.”(At Taubah 111). Itulah sebabnya setiap Muslim menjadikan dunianya sebagai WAKAF bagi dakwahnya.
b. Pesaudaraan ; “Aqidah ini membuahkan gerakan Pembebasan Islam yang tiada taranya sepanjang sejarah manusia”. Artinya ketika jiwa-jiwa penduduk negeri diterangi cahaya Ilahi, maka lenyaplah segenap perbadaan, kezhaliman yang ada hanyalah keadilan, cinta kasih, dan persaudaran.

5. Pembiayaan ; “Saya senang untuk mengatakan kepada mereka bahwa dakwah-dakwah agama bertumpu pada iman dan aqidah, sebelum harta dan kekayaan dunia yang fana” Begitulah jamaah ini dibiayaai, istilah shunduquna juyubuna mungkin seperti itu kurang lebih. “…Al Hamdulillah dengan dana sedikit -tapi dengan kebesaran iman- dia telah menjadi sarana meraih kuseksesan bagi hamba-hamba Allah yang senantiasa beribadah dengan penuh kejujuran dan sesungguhan.”

6. Sikap
a. Terhadap Politik
Para ikhwah adalah penyeru kepada Islam yaitu ajaran Al Qur’an dan Sunnah, serta jejak kaum Salafus Sholih menjadi panutan, tak penting meributkan istilah-istilah politik. “Jika seruan itu kalian anggap sebagai politik, maka itulah politik kami. Dan orang yang menyeru kalian kepada itu semua kalian katakana sebagai politikus, maka Alhamdulillah kami adalah politikus yang paling ulung. Jika kalian ingin menyebut itu sebagai politik, silahkan memberi nama apa saja yang kalian suka. Sebab nama sama sekali tidak penting bagi kami, selama muatan dan tujuannya jelas.”
b. Kebangsaan
Sesungguhnya batas bangsa adalah aqidah (ukhuwah), bukanlah nasab atau territorial. Islam adalah satu bangsa. “Allah adalah Pelindung orang-orang beriman, Dia mengeluarkan kegelapan menuju cahaya.” (Ali Imran 257) Tak ada kehormatan selain menisbahkan nasab kepada Allah “…adakah kemuliaan yang lebih agung dan kekuatan pendorong kepada keutamaan yang lebih hebat melebihi kenyataan ketika anda melihat diri anda menjadi Rabbani, dimana hubungan anda dengan Allah terus terpaut dan selalu kepada-NYA…”
c. Sumber Kekuatan
Sesungguhnya kekuatan tertinggi adalah iman. “…mereka tidak takut pada keganasan pasukan karena mereka hanya takut kepada Allah…” “Jika Allah menolong kamu, niscaya takkan ada yang sanggup mengalahkan kamu” (QS Ali Imran 160)
d. Hak Kemanusiaan
Hak umat Islam adalah (1) jidad dengan sebenar-benar jihad “…dengan jalan menyebarkan dakwah Islam kepada segenap umat manusia. Bila mereka enggan menerima dakwah Islam dan bersikap tiran serta zalim, maka diperintahkan menyebarkan dakwah itu dengan pedang” (2) Menjaga kebenaran dengan kekuatan “…jihad menyebarkan dakwah Islam adalah suatu kewajiban yang dibebankan oleh Allah kepada kaum muslimin. Kewajiban itu sama besarnya dengan sholat…”

7. Cara
Jalan untuk membangun peradapan yang besar sudah sangat jelas dituntunkan Rosulullah. Untuk membangun dan membela agama haruslah memiliki kekuatan jiwa yang dasyat. “Kekuatan jiwa itu terekspresikan dalam beberapa hal berikut ; tekad membaja yang tak pernah padam, kesetiaan yang teguh dan tidak tersusupi penghianatan, pengorbanan yang tidak terbatas dengan keserakahan dan kekikiran, pengetahuan dan keyakinan serta pengormatan yang tinggi terhadap ideology yang diperjuangkan.”
Untuk membagun ketertinggalan dengan Barat hanya dengan kesadaran diri sendiri akan kekuatan spiritual. “…membangun kekuatan spiritual yang dasyat dan membina keluhuran budi pekerti, niscaya sarana-sarana kekuatan fisik itu dengan sendirinya akan dating pada mereka dari berbagai arah. Sungguh terlalu banyak lembaran sejarah yang membuktikan akan hal itu.”

8. Waspada
a. Penyimpangan
Yang perlu diwapadai adalah ketaklidan, yaitu menambal sulam kebangkitannya dengan system-sistem yang lapuk dan usang dari non Islam.
b. Hukum
Bagi kaum muslimin hokum haruslah bersumber dari syariat Islam berakar dari Al Qur’an dan sesuai dengan dasar-dasar yang terdapat dalam fiqih Islam.
c. Life Syle (dedonisme)
Umat Islam harus berusaha sekuat tenaga –dengan power dan hokum- untuk membasmi semua gejala kerusakan. Mereka tidak boleh lemah dan berhenti.

9. Alternatif
a. Pendidikan ; setiap uamat dan bangsa tentu memiliki strategi pendidikan guna membangun pemuda dan generasi masa depan yang tangguh yang merupakan tumpuan umat baru itu.
b. Dayagunakanlah persaudaraan kalian

10. Optimisme ; kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin, dan mimpi hari ini akan menjadi kenyataan esok hari. “Siapa yang bisa percaya sebelumnya bahwa ditengah gurun pasir jarirah Arab yang gersang memancarkan ccahaya kearifan, dimana dengan kekuatan spiritual dan kemampuan berpolitik putera-puteranya dapat menguasai dunia…siapa yang percaya Sholahuddin Al Ayubi yang berjuang dalam waktu lama akhirnya dapat mengusir raja-raja Eropa, sekalipun jumlah mereka jauh lebih banyak….”
11. Refleklsi ; Kisah kebangunan sebuah umat
a. Kelemahan ; (QS. Al Qashash 3-6) tentang penindasan pemimpin thoghut dan lahirnya mentari pemimpin agung mereka Musa.
b. Kepemimpinan ; (QS. Asy Syu’ara 16-21sekarang ia telah tumbuh dewasa dan matang dibawah bimbingan Ilahi, jiwanya memberontak pada tirani dan jijik melihat kediktatoran.
c. Pertarungan ; (QS. Al ‘Araf 127-128) sekarang kita menyaksikan pertarungan antara kebathilan dan kebenaran yang senantiasa bersabar dan pemimpinnya selalu membimbing kearah ketenangan hati.
d. Iman ; (QS. Thaha 72-73) sekarang kita menyaksikan kekuatan iman dan kesabaran dari teladan abadi yang tak retas oleh kedholiman.
e. Kemenganan ; (QS. Thaha 80) sekarang kita menyaksikan buah dari keimanan dan kesabaran yaitu kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan berita gembira.

 lanjutan 3….

A. AKHLAK ISLAM
Dalam diri kaum muslimin yang hidup pada zaman keemasan Islam akan terlihat SEMUA akhlak yang sangat mulia. Adapun pada diri muslim yang hidup setelahnya, hanya didapati sebagian seginya menonjol dan bagian yang lainnya hampir tidak terlihat eksistensinya.

Muslim pada zaman keemasan Islam terlihat sangat alim, zahid, patuh, saling menolong, menjadi dai, pemberani, jujur, bijaksana, politikus, oranisatoris, beradab dan cerdas. Adapun muslim saat ini hanya memiliki akhlak yang setengah-setengah.

Seseorang akan mendapat predikat “tentara Allah SWT” bila telah memenuhi lima akhlak yang tercantum di dalam QS. Al Mujaadilah: 22, yaitu:
1. Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.
2. Bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min
3. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir.
4. Berjihad di jalan Allah
5. Tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.

B. KARAKTER PERTAMA: Wala (Loyalitas)
Sifat pertama adalah mengkhususkan wala ‘loyalitas’ hanya kepada Allah SWT, Rasulullah dan orang mukmin. (An-Nisaa’:138-139), (Al Maaidah: 56), (At Taubah: 71), (Al Mumtahanah: 4), (Al kahfi: 102), ( At Taubah: 16)

Dan tidak memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir, munafiq, fasik ataupun menjadikan mereka sebagai teman karib tempat mencurahkan hati. (Al Maaidah: 51), (Al Maaidah: 57-58), (At Taubah: 23), (Ali Imran: 28)

Karakter-karakter orang munafik tercantum di (QS. 2: 11- 16), (QS. 4: 60-61), (QS.24: 27-50), (QS.9:67), (QS. 4: 140-141). Dan di dalam hadits Bukhari, sifat orang munafik ada 4, yaitu jika diberi kepercayaan dia berkhianat, jika berbicara berbohong, jika berjanji tidak ditepati dan jika bersaing akan berbuat curang. Di dalam hadits Muslim, sifat orang munafik adalah berleha-leha ketika tiba waktu shalat dan shalat dengan tergesa-gesa.

Fenomena-fenomena wala’ yang diharamkan:
1. Fenomena Pertama: Mengikat kontrak dengan orang kafir. (Al Hasyr: 11)
2. Fenomena Kedua: Membeberkan rahasia orang mukmin kepada orang kafir. ( Al
Mumtahanah: 1)
3. Fenomena Ketiga: Cinta kepada orang yang menentang Allah SWT. Al
Mujaadilah: 22)
4. Fenomena Keempat: Memilih pergaulan dengan orang kafir dan munafik. (An Nisaa:
140)
5. Fenomena Kelima: Taat. (Muhamamd: 25-26), (Al An’aam: 116), (Al Ahzab: 48), (Al
Kahfi: 28), (Ali Imran: 149-150)
6. Fenomena Keenam: Menirukan sesuatu. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang mengikuti perilaku suatu kamu maka dia bagian dari mereka.” (HR. Ahmad)

C. KARAKTER KEDUA: MAHABBAH
Mahabbah ‘cinta’ seorang hamba kepada Allah SWT merupakan pengaruh alami yang timbul dari rasa syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah SWT kepadanya.

Pembahasan bagi yang ingin meniti jalan menuju cinta Allah SWT dibagi tiga, yaitu:

1. Orang-Orang Yang Dibenci Allah SWT
a. Condong pada kesesatan.
b. Menggunakan tradisi orang-orang pada zaman jahiliyah.
c. Membunuh manusia tanpa alasan yang benar.
d. Banyak gosip. (An Nisaa: 114), (Al Mujaadilah: 9)
e. Takabbur
f. Syirik (Ibrahim: 13-14)
g. Taat dan tunduk pada syetan, melakukan dosa-dosa besar dan kecil. (Ibrahim:22)
h. Dusta dan menentang ayat-ayat Allah. (Al An’aam: 157)
i. Menghukumi tanpa berlandaskan hukum Allah. (Al Maaidah: 45)
j. Berdusta/berbohong kepada Allah SWT. (Al An’aam: 21), (An Nahl: 116), (Al Baqarah: 140)
k. Melampaui batas dari ketentuan Allah (Al Baqarah: 229)
l. Mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan syariat Allah. (Al Qashash: 50)
m. Ayat-ayat Allah diperdengarkan namun ia tidak mengingat-Nya. (Al Kahfi:57)
n. Memfitnah, merendahkan dan mengolok-olok orang muslim. (Al Hujuraat: 11)
o. Mencari-cari kesalahan dan mengghibah orang muslim. (Al Hujuurat: 12)
p. Kekufuran. (Ali Imran: 105-106). Sebab-sebab dari sebuah perpecahan:
– Meninggalkan jalan Allah lalu mengikuti jalan-jalan setan. (al-An’aam: 153)
– Tidak disatukan oleh kebenaran dan melupakan sebagian ajaran Allah. (al-Maa’dah: 14)
– Tidak adanya kejernihan akal. (Ali Imran: 152)
– Tidak adanya persatuan hati di antara mereka tidak terdapatnya sifat zuhud dunia. (al-
Anfaal: 63)

2. Orang-Orang Yang Dicintai Allah SWT
a. Orang yang berbuat al-Ihsan.
(Ali Imran: 134), (Ali Imran: 147), (Az Zumar: 17-18), (An Nisaa: 36), (al Baqarah: 8).
b. Orang yang bertaubat.
(Al Baqarah: 222), (At Taubah: 108), (Ali Imran: 135-136)
c. Orang yang menyukai kebersihan ibadah.
d. Orang yang Mengikuti Rasulullah SAW. (QS. Al Ahzab: 21).
Dengan cara:
– Selalu mengharap rahmat Allah dan hari akhirat
– Selalu berzikir kepada Allah SWT (Al-Ma’tsurah, tahlil, tahmid, istighfar, shalawat, membaca
Ali Imran pada hari Jum’at, membaca Al Qur’an)
– Meneladani sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat. (Shiddiq, amanah, fathanah, tabligh dan seluruh perilaku Rasulullah SAW)
e. Orang-orang yang saling mencintai dan bersaudara karena Allah.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan.
Satu, mahabbatullah adalah sebagai berikut.
– Cinta karena Allah SWT.
– saling mengunjungi karena Allah SWT.
– Memberi harta karena Allah SWT.
Dua, mahabbah karena Allah SWT hanya dapat terwujud jika terhindar dari motivasi untuk ambisi pribadi. (Al ‘Ashr: 1-3).
Tiga, persaudaraan karena Allah SWT tidak akan berlangsung lama kecuali jika dilandasi dengan takwa dan akhlak. (Az Zukhruf: 67), (Al Isra: 53)
Empat, Persaudaraan karena Allah SWT dapat berlangsung lama hanya dengan menjaga rahasia saudaramu, tidak ghibah, serta kamu tunaikan haknya.
f. Orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur. (Ash-Shaff: 4)
g. Orang yang bertaqwa.
1. Kedudukan dan Urgensi Taqwa dalam Islam.
Satu, Allah SWT berfirman (An Nisaa’:131). Dan wasiat Allah SWT kepada seluruh umat: (Asy Syu’ara: 10-11), (Asy Syu’ara: 123-124) (Asy Syu’ara: 161) (Asy Syu’ara: 123-124), (Al Baqarah: 183), (Al Baqarah: 188), (Al Baqarah: 179), (Asy Syuara: 108).
Dua, Allah SWT menjadikan takwa sebagai ukuran dekat dan jauhnya seseorang dari-Nya. (Al Hujurat: 13).
Tiga, surga yang luasnya seluas langit dan bumi hanya untuk orang yang bertaqwa. (Al Baqarah: 212), (Al Hijr: 45), (Al qamar: 54)
Empat, Orang bertaqwa senantiasa tertindas, sebagai sebuah sunnatullah. (Muhammad: 31), (Ali Imran: 142), (At Taubah: 16), (Al Qashash: 5-6)
Lima, Orang bertaqwa akan ditolong Allah, sebagai sebuah sunnatulah. (Al Fath: 23), (Faathir: 43). Syarat-syarat datangnya pertolongan Allah:
1. Persatuan. (Al Anfaal: 46)
2. Bergantung hanya pada Allah SWT. (At Taubah: 25)
3. Mendukung dan taat pada pemimpin selama dalam kebaikan. (Ali Imran: 152)
4. Beramal hanya mengharapkan ridha Allah SWT. (Muhammad: 7), (Al Qashash: 83)
5. Hendaknya jamaah mu’min mewujudkan tujuan-tujuan umu Islam pada saat
kemenangannya. (Al Hajj: 40-41)
6. Setiap individu muslim hendaknya saling membahu. (Al Maa’idah: 54)

2. Intisari dan Hakikat Taqwa
Pertama, universalitas Islam.
Kedua, taqwa adalah sebuah naluri yang merupakan sumber dari tingkah laku.
Ketiga, Sifat-sifat orang bertaqwa di dalam Al Qur’an. (QS. 2: 1-5), (QS.2: 177), (QS. 3: 15-17), (QS.3: 133-136), (QS. Al Anbiyaa’: 48-49), (QS. Adz Dzaariyat: 16-19)

a). Definisi Pertama Orang yang bertaqwa. (QS. 2: 1-5) (Iman terhadap alam ghaib, shalat, infak, mengikuti Al Qur’an). Berikut ini sebagian fenomena dari solidaritas tanggung jawab dalam rangka menegakkan kitabullah.
1. Solidaritas keluarga. (Thaahaa: 132), (Maryam: 55), (Al Baqarah: 132), (Al Baqarah: 128).
2. Solidaritas terhadap kerabat. “Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat.” (Asy Syu’araa: 214)
3. Solidaritas terhadap negara. “Sebaik-baik jihad adalah menegakkan kalimat hak terhadap penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud)
4. Solidaritas umum yang terjadi di masyarakat. (At Taubah: 71)
5. Solidaritas dalam negara. (Ali Imran: 110)

b) Definisi Kedua Orang-Orang yang Bertaqwa (Al Baqarah: 177).
(1). Memberikan harta yang dicintai kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir dan orang-orang yang meminta dan memerdekakan hamba sahaya.
(2). Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji.
Satu, janji kepada Allah yaitu pengakuan untuk menuhankan dan beribadah. (Al A’raaf: 172)
Dua, janji komitmen secara teori dan keilmuan terhadap syariat Islam. (Al Maaidah: 7), (Al Baqarah: 285)
Tiga, janji menepati kewajiban muamalah sesama manusia.
Empat, janji baiat kepada pemimpin yang hak atau khalifah.
Lima, menepati janji kepada non muslim, baik harbi maupun dzimmi ataupun muahid. (an Nahl:91)
(3). Sabar dalam kefakiran, sabar terhadap penyakit dan musibah, sabar dalam peperangan, sabar dalam Islam dan tetap tegar memegang nilai-nilainya di saat manusia menyimpang darinya, sabar dalam kehilangan harta dan keluarga.

c) Definisi Ketiga Orang-Orang yang Bertaqwa (Ali Imran: 15-17)
– Ash-shidqu terhadap Allah SWT (Al Ahzab: 23) dan dengan lidah.
– Al Qunut. (Ali Imran: 17)
– beristighfar pada waktu sahur. (Adz Dzaariyaat: 18)

d) Definisi Keempat Orang-Orang yang Bertaqwa. (Ali Imran: 133-136)

e) Definisi Kelima dari Orang-Orang yang Bertakwa. (Al Anbiyaa: 48-49)
Satu, Takut akan azab Tuhannya. (Al Ahzab: 39), (Al A’raf: 99), (Az Zumar: 23), (Al Hasyr: 21)
Dua, Takut akan tibanya hari kiamat. (Ath-Thuur: 16-27)

f) Definisi Keenam Orang-Orang yang Bertakwa (Adz Dzaariyaat: 16-19)
Satu, memiliki ihsan.
Dua, Menyedikitkan waktu tidur malamnya.
Tiga, Shalat malam dan istighfar di waktu pagi.
Empat, Memberi kepada orang miskin.

3. Jalan untuk Mencapai Taqwa
Pada hakikatnya, takwa merupakan malakah ‘sifat yang kokoh’ dalam hati. Jika malakah bersemayam dalam hati, jasad akan menempuh jalan dan metode Allah SWT.

a) Jalan Pertama.
Membaca Kitab disertai tadabbur. (Shaad: 29), (Thahaa: 113), (Al Hajj: 46).
(1) Kadar Wirid. Waktu minimal khatam, adalah tiga hari. Batas pertengahan adalah seminggu.
(2) Etika Tilawah: Perhatikan tajwid dan bersenandung dengan pilu dan sedih.
(3) Majelis untuk Mendengarkan.
(4) Wirid hafalan

b) Jalan Kedua.
Mujahadah meraih petunjuk. (Al Ankabuut: 69), dengan cara:
(1) Iman kepada Allah (At-Taghaabun: 11) dengan cara zikir dan pikir (Ali Imran: 190-191) dan amalan zikir pikir yang paling baik adalah membaca Al Qur’an (Yaasiin: 69) dan sebaiknya dibaca pada waktu malam (Al Muzzammil: 6).
(2) Menyibukkan jiwa selamanya dengan taklif (tugas-tugas agama). Beruntunglah orang-orang yang beriman (Al Mu’minuun: 1- 9)

c) Jalan ketiga.
Berpuasa (Al Baqarah: 183-185), yaitu puasa wajib dan puasa sunnah (puasa senin dan kamis, puasa tiga hari dalam setiap bulan, puasa enam hari di bulan syawal, hari arafah, asyura serta sebelum dan setelahnya.

d) Jalan Keempat.
Ma’rifatullah (Al Baqarah: 21).
(1) Mengetahui zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan nama-nama-Nya.
(2) Mengenal shamadi-Nya (ketergantungan segala sesuatu pada-Nya) (Faathir: 41)
(3) Mengenal Qidam-Nya dan Baqa-Nya. Dia mustawin ‘bersemayam’ di atas arasy-Nya. (As Yuura: 11), (Al Ikhlas: 1-4)
(4) Mengenal sifat ilmu-Nya (Al An’am: 80)
(5) Mengetahui DiaMaha Memperbuat yang diinginkan (Yaasiin: 82)
(6) Mengetahui Dia Maha Mendengar dan Melihat (Luqman: 28)
(7) Mengetahui Dia Mutakallim (Maha Berbicara) (An Nisaa: 164)
(8) Mengetahui sifatnya adalah qadim azali.
(9) Mengetahui bahwa Allah bisa mencintai, bisa marah, dan membenci, bisa memberi karunia, bisa membalas dendam, dan bisa mengasihi, disa memberi sangsi.
(10) Mengetahui Allah memiliki asmaul husna. (Al A’raaf: 180)

h. Orang-Orang Yang Adil. (Al Maa’idah: 42)
Aspek-aspek keadilan yang diperintahkan
1) Adil dalam memutuskan perkara, meski terhadap orang kafir. (Al Maa’dah: 42)
2) Adil sebagai mediator berdamai. (Al Hujuurat: 9-10)
3) Adil kepada orang kafir yang dalam perjanjian damai. (Al Mumtahanah: 8)
4) Adil menetapkan hukum. (An Nisaa’: 58)
5) Adil dalam bersaksi. (An Nisaa’:135)
6) Adil dalam bermuamalah. (AL Baqarah: 282-283)

i. Orang-Orang Yang Profesional
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang profesional.” (HR. Thabrani)
j. Orang-Orang Yang Sabar (Ali Imran: 146) dan Tawakal (Ali Imran: 159)

3. Mahabbah atau Kecintaan Manusia Terhadap Allah SWT
(‘Dan Mereka (Kaum itu) Mencintai-Nya.”)
Mahabbah (Al Baqarah: 165) adalah:
1) Kecenderungan dengan hati yang sangat meluap cintanya.
2) Mengutamakan yang dicintai.
3) Keserasian dengan yang dicinta.
4) Kesesuaian hati dengan Tuhan.
5) Menganggap banyak yang sedikit dari-Nya, dan menganggap sedikit yang banyak dari dirinya.
Esensi Mahabbah: kamu merelakan seluruh milikmu kepada yang kamu cintai, sehingga tidak ada sesuatu yang tersisa untuk dirimu.

Kita mencintai Allah, Rasulullah SAW, para nabi, para sahabat, tabi’in, dst.

D. KARAKTER KETIGA DAN KEEMPAT: BERSIKAP LEMAH LEMBUT TERHADAP ORANG-ORANG MUKMIN DAN BERSIKAP KERAS TERHADAP ORANG-ORANG KAFIR
1. Karakter Ketiga: Sikap Lemah Lembut terhadap Orang-Orang Mu’min Serta Fenomena-Fenomenanya
Sikap lemah lembut dan rendah hati terhadap orang-orang beriman merupakan dampak rahmat atau kasih sayang terhadap mereka. (At Taubah: 128), (Asy Syu’araa: 215-21), (Al Hijr: 88)

Fenomena kasih sayang terhadap orang-orang mukmin:
a. Memaafkan dan memohonkan ampun, serta bermusyawarah dengan mereka. (Ali Imran:159)
b. Tawadhu terhadap mereka.
c. Menghilangkan hal-hal yang bisa menyakiti mereka.
d. Berjumpa dengan mereka dengan senyum berseri dan berbicara dengan perkataan yang baik.
e. Meringankan kesulitan, menghilangkan kesusahan, dan menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongan.
f. Bersikap ramah atau lemah lembut terhadap mereka.
g. Senang melakukan yang mereka senangi (berupa kebaikan)
h. Menghormati tamu, membei kegembiraan, jangan iri, jangan saling benci dan jangan tanaajusy.
i. Menegakkan hak-hak mereka
j. Tidak menakut-nakuti (mengintimidasi), tidak mendatangkan bahaya, atau menipu mereka.
k. Tidak merasa gembira karena musibah atau penderitaan yang menimpanya, dan tidak membencinya.
l. Memperhatikan urusan mereka, serta empati kepada mereka.
m. Di medan perang, kita memerangi yang menindas mereka dan memberikan bantuan kepada mereka.
n. Mendukung dan bertempur bersama mereka.
o. Membantu menghilangkan kezaliman dari mereka, jika mereka dikuasai dalam bentuk apapun. Dan memberi pelayanan kepada orang-orang beriman.

2. Karakter Keempat: Sikap Keras Terhadap Orang-Orang Kafir dan Fenomena-Fenomenanya
Dunia Islam terbagi dua kawasan: kawasan perang (darul harb) dan daerah Islam (darul Islam).
a. Di wilayah Perang (At Taubah: 123), (Muhammad: 4), (at Taubah: 29), (Al Anfaal: 39)
b. Di Wilayah Daarul Islam
Untuk kafir zimmi, mereka harus membayar jizyah dan mereka harus tunduk kepada hukum-hukum kita. Dan untuk kafir harbi yang tidak minta proteksi kita, maka darah dan hartanya halal. Jika ia kafir harbi yang meminta proteksi kita, maka hukumnya sesuai dengan hukum proteksi.

Orang-orang murtad yang harus dihukum adalah (1) orang zindiq, (2) peramal, (3) orang kafir, (4) penganut paham libertinisme, (5) munafik, (6) orang yang ingkar sebagian hal-hal yang dogmatis, (7) penyamun, (8) budak nafsu, (9) tukang sihir, (10) orang kafir yang mencela nabi.

E. KARAKTER YANG KELIMA: BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA GENTAR DARI CELAAN ORANG (“MEREKA BERJIHAD DI JALAN ALLAH TANPA MERASA TAKUT CELAAN ORANG YANG MENCELA”)
Kaum komunis, kapitalis, Zionis, Freemansonry, misionaris, orang-orang salib, serta negara-negara besar dan kecil, semuanya membidikkan anak panah kepada jundullah. Akan tetapi jundullah terus berlalu dalam jihad rabbaninya, tidak gentar dengan celaan dan kecaman orang- orang yang mencela. ( Al Maa’idah: 54), (Al Ahzab: 23).

Jihad yang murni hanya dapat terwujud dengan ilmu dan amar ma’ruf nahi munkar. (Ali Imran: 110)

Lima jenis jihad yang diisyaratkan dalam Al Qur’an atau dalam sunnah (At Taubah: 122)
1. Jihad dengan Lidah (Jihad Lisani)
Pertama, tabligh dan menegakkan hujjah terhadap orang-orang kafir, munafik dan fasik. (Al Furqaan: 52), (Ali Imran: 187), (An Nahl: 125).
Kedua, memberi nasihat dan mengingatkan. (Ad Dzaariyaat: 55), (Qaf: 35)
Ketiga, mengumpat dan mencekam dnegan kata-kata yang kasar (bila dengan lemah lembut tak mempan). (Al Anbiyaa’: 67)

Catatan untuk jihad lisani.
Pertama, mulailah dengan yang terpenting baru yang penting. Akidah sebelum ibadah.
Kedua, luruskan niat karena Allah.
Ketiga, melakukan studi lapangan tentang penyimpangan.
Keempat, Perangkat dan Sarana Jihad Lisani.
a. Menerbitkan Buku-Buku Islami
b. Majalah, Surat Kabar dan Buletin
c. Pidato, Ceramah, Kuliah atau Pengajian Umum di Masjid dan di Rumah
d. Da’wah Individual, Kunjungan, Rihlah (Rekreasi), dan Pengajian (Halaqah)

2. Jihad Pendidikan dan Pengajaran (Ta’limi) (Al Maa’idah: 78-79), (At Taubah: 122)
Akhlak atau etika-etika dasar dalam memberikan pendidikan yang sehat:
a. Mengambil Al Qur’an dan sunnah (Ali Imran: 79)
b. Memahami ilmu fiqih, ilmu tauhid dan ilmu akhlak.
c. Sejarah Islam
d. Memperhatikan urusan kaum muslimin.
e. Mengetahui konspirasi musuh-musuh Islam
f. Mempelajari bahasa Arab dan ilmu-ilmu bahasa Arab.
g. Studi-studi keislaman modern.
h. Ushul yang tiga, Allah, Rasul dan Islam.

Sarana-Sarana Jihad Ta’limi
a. Kursus-kursus pendidikan yang jangka waktunya disesuaikan dengan orang-orang.
b. Pengajian-pengajian ilmiah di rumah maupun di masjid secara rutin.
c. Menelaah secara pribadi.
d. Belajar bersama antara dua orang.
e. Membuka sekolah-sekolah agama
f. Membuat kelas-kelas pengajaran umum di dalam masjid.
g. Mengadakan rihlah atau rekreasi, yang menghimpun antara ilmu, dakwah, dan amal.
h. Mengadakan acara perkemahan atau camping, yang didalamnya diadakan pemusatan latihan.
i. Menciptakan klub-klub pengetahuan keislaman.
j. Pendidikan agama di sekolah-sekolah

3. Jihad dengan Tangan dan Jiwa
Dua bentuk Jihad tangan:
1. Berjihad dengan tangan di muka bumi Islam
2. Berjihad dengan tangan di luar bumi Islam

a. Berjihad dengan Jiwa di Daarul Islam (Secara Internal)
(Al Ahzab: 60-62), (At Taubah: 73)
Orang-orang munafik, orang-orang yang punya penyakit dalam hati, dan orang-orang yang menyebarkan berita bohong, berada dalam darul Islam. Ancaman pembunuhan tersebut menunjukkan bahwa boleh melakukan jihad terhadap mereka.

Rasulullah SAW membolehkan setiap mukmin berjihad melawan mereka dengan tangan mereka. Sebagaimana juga membolehkan pada setiap mukmin memberantas kemungkaran dengan tangan.

Para fuqaha Hanafiah mengatakan bahwa setiap orang yang melihat seorang muslim berzina, maka halal baginya untuk membunuhnya.

An-Nashihi memfatwakan wajibnya membunuh setiap orang yang menyakiti atau merusak.

Menurut Syarah al-Wahbaniyah, bisa juga dengan mengasingkan pelakunya dari kampung itu, atau dengan menyerang rumah atau tempat tinggal para pelaku kekerasan.

Ibnu Abidin menjelaskan beberapa hal yang terdapat dalam konteks dalam syarahnya sbb:
Orang yang mengambil hak orang lain secara terang-terangan, perampok jalanan, semua perbuatan dosa besar(tukang sihir, pencuri, homoseksual, perampok jalanan, tabarruj (wanita berpakaian seronok)

Syaikhul Ibnu Taimiyyah dalam risalah Ahkam as-siyasah membolehkan dibunuhnya orang yang mendatangi para penguasa dengan kerusakan.

Pengarang Ihya Ulumuddin (yakni al Ghazali), seorang ulama Syafi’I, ketika berbicara tentang tingkatan ihtisab (tugas pengawasan dan pencegahan kemungkaran), mengatakan sebagai berikut.
Tingkatan kelima: mengubah kemungkaran dengan tangan. Etikanya ada dua yaitu, pertama, tidak turun langsung selama ia mampu melimpahkannya kepada petugas dan kedua, membatasi yang perlu.
Tingkatan keenam: mengancam dan menggertak.
Tingkatan ketujuh: memukul langsung dengan tangan dan kaki, tanpa penghunusan senjata.
Tingkatan kedelapan: jika tidak mengalahkan orang itu sendiri, ia membutuhkan bantuan orang-orang yang bersenjata.

Imam yang hak adalah imam yang konsisten terhadap hukum-hukum Islam dalam dirinya dan menerapkan kepada umat kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

b. Berjihad dengan Tangan dan Jiwa dalam Peperangan
Jihad ini diterangkan secara rinci dalam buku serial al-Asas fil-Manhaj. Kaidah-kaidahnya sbb:
1. Orang-orang muslim bertugas menaklukkan dunia secara keseluruhan terhadap hukum Allah.
2. Sesuatu yang “wajib” tidak sempurna, maka ia juga wajib hukumnya.
3. Penaklukan dengan persatuan umat Islam untuk mendirikan kekhalifahan. Caranya, dengan wajib berjihad.
4. Wajib mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan bagi gerakan penaklukan dunia.
5. Fardhu ‘ain berjihad dengan jiwa di setiap wilayah islam yang diserang maupun di wilayah tetangga yang berdekatan.
6. Wajib memanfaatkan cakrawala da’wah karena jalan untuk menaklukan dunia pada kekuasaan Allah sangat panjang.

4. Jihad Politik
Jenis-jenis pemerintahan ada tiga, yaitu sbb:
a. Pemerintahan Islam yang Adil
Kita wajib tunduk dan patuh, setia dan memeliharanya.

b. Pemerintahan Islam yang Zalim
Kewajiban kita terhadapnya adalah menasihati dan meluruskannya.

c. Pemerintahan yang Kafir
Dalam pemerintahan ini, kita mempunyai banyak kewajiban. (At Taubah: 73)

Beberapa bentuk jihad yang termasuk dalam jenis pemerintahan.
a. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Adil
Pemerintahan Islam yang adil adalah pemerintahan yang para pemimpin dan aparatnya adalah orang-orang muslim yang konsisten dengan Islam. Yaitu suatu model pemerintahan yang dimaksud dalam QS. Al Hajj: 41. Dalam pemerintahan ini kita wajib memberi nasihat dan bersahabat, memberi loyalitas dan berkorban (An Nisaa’: 59)

b. Jihad Politik dalam Negara Islam yang Menyimpang
Apabila amir dan pemerintahannya masih tetap mengakui Allah dalam kekuasaan-Nya dan tidak mengakui syariat lain selain syariat-Nya, maka mereka adalah orang yang fasik. Batas yang memisahkan kita dengan mereka adalah shalat. Jika mereka masih konsisten dengan shalat, kita tidak memeranginya.
Jika kita tidak mampu memecat dengan cara damai, dan ia melaksanakan shalat, maka sistem jihad poltik kita sbb:
1. Kita setia terhadap mereka, dengan cara menasihati mereka. Bila tidak, pasif terhadap mereka dari segi pergaulan dan keakraban.
2. Melakukan protes, nasihat dan kritik.
3. Mengawasi aparatur negara
4. Proaktif dalam jihad lisani dan jihad ta’limi, membentuk opini umum syariat Islam.
5. Pengaturan gerakan jihad tangan untuk mencegah kemungkaran, tanpa harus berkonfrontasi dengan pemerintah.
6. Menanjak sedikit demi sedikit ke arah Islam, sampai membawa pemerintahan mereka kembali kepada keadilan yang sempurna.

c. Jihad Politik dalam Negara Kuffar
Saat muslim tinggal dalam darul Islam yang diperintah orang-orang kafir, maka muslim wajib berperang untuk mencopot rezim kafir. Bila tidak mampu, muslim harus mempersiapkan jalan-jalan untuk bisa lepas.

Aspek-aspek ijtihad yang keliru:
1. Pendapat bahwa wajib mendirikan lembaga-lembaga sosial namun melarang anggotanya terlibat dalam aktiitas keislaman, seperti aktivitas politik.
Bantahan: (Al Hujuurat: 10), (Al Maaidah: 2)

2. Perkumpulan yang anggotanya terisolasi dari kaum muslimin.
Bantahan: Hal ini dapat memecah belah sehingga terjadilah sepuluh ulama, sepuluh tubuh.

3. Tidak turut campur urusan politik.
Bantahan: Bila kita bermukim di sebuah negara yang belum berdiri pemerintahan Islam maka diwajibkan atas setiap muslim secara fardhu ‘ain untuk berusaha menegakkannya dan perlunya partai politik Islam yang berdasarkan akidah Islamiyah.

4. Kaum muslimin harus mempunyai blok-blok atau kubu-kubu politik yang memiliki pemikiran yang jelas.
Bantahan:
a. Hukum-hukum Islam sebagian jelas dan sebagian tidak bisa dicapai kecuali dengan ijtihad. Ijtihad hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kriteria.
b. Dalam masalah khilafiyah, seseorang tidak boleh memaksakan pada umat secara keseluruhan untuk mengambil salah satu pendapat, kecuali khalifah.
c. Bukan hak seseorang atau kelompok untuk mengadopsi suatu pendapat karena dapat menimbulkan perpecahan umat.

5. Sudut pandang yang mengakui adanya multifraksi Islam.
Bantahan:
a. (An Nisaa’: 103)
b. Pengelompokan dapat menimbulkan ketidaksempurnaan dari berbagai aspek dan harus ada kepemimpinan yang satu.

6. Sudut pandang bahwa kita kini ada dalam era Makkiyah, sehingga tanpa fase jihad dan pergolakan.
Bantahan:
Era Makkiyah adalah fase yang paling keras dan pergolakan. Dan Islam kini telah lengkap dan sempurna sehingga wajib melaksanakan Islam secara utuh.

7.
a. Sudut pandang negatif bahwa kaum muslimin sedang krisis kepemimpinan sehingga kita tidak usah bekerja dan berusaha.
Bantahan:”Jika mereka bertiga, maka hendaklah salah seorang dari mereka diangkat menjadi pemimpin.” (HR. Abu Dawud). Jadi kepemimpinan akan selalu ada.
b. Islam telah terpuruk jadi kita kini cukup beribadah dan akidah saja.
Bantahan: Islam adalah akidah, ibadah dan metode hidup. Dan hadits dari Rasulullah SAW akan datangnya kekhalifahan kembali. Maka setiap generasi muslim wajib berjihad sampai Islam tegak.
c. Sudut pandang frustasi dan putus asa, mereka menyerah dan melupakan firman Allah (Ar Ra’d: 11), (Muhammad: 4), (Muhammad:31), (Ail Imran: 160), (Ali Imran: 140)

Bukanlah pengabdian pada tanah air semata yang menjadi tujuan, melainkan pengabdian pada Islam dalam tanah air adalah yang menjadi tujuan. Seseorang yang mengabdi pada Islam, ia juga telah mengabdi pada negara dan tanah air.

Kita tidak boleh menutupi keislaman kita, di saat kita mampu menampakkannya.

5. Jihad Harta
Jihad Ta’limi, jihad lisani, jihad dengan tangan, jihad politik, semuanya membutuhkan jihad harta. (At Taubah: 111)

Kesanggupan orang-orang muslim itu bertingkat-tingkat. Di antara mereka ada yang hanya sanggup berjihad dengan hartanya, ada yang mampu berjihad dengan jiwanya, ada yang sanggup dengan ilmunya, ada yang sanggup hanya dengan lidahnya, ada yang sanggup berjihad secara politik dan ada yang sanggup melakukan semua jihad.

SARAN-SARAN
1. Agar umat Islam mempelajari buku ini dengan pelajaran yang berkesinambungan dalam suatu kursus pelatihan dalam jangka waktu tertentu. Ilmu, realisasi dan amal.
2. Setiap kelompok dari kalangan kaum muslimin mengadakan muktamar secara rutin dan disepakati program gerakan jihad dalam jangka waktu. Gerakan jihad lisani, ta’limi, jihad dengan tangan, jihad politik dan jihad harta.

Kelima sifat jundullah ini akan memegang solusi problematika umat Islam secara keseluruhan. Di antaranya problema berdirinya negara Yahudi di Palestina. Janji Allah tercantum di QS. Al Israa’: 4-8, dan ini menjadi bagian dari tugas yang harus dikerjakan oleh hizbullah.

Lanjutan ….

A. ILMU USHULUTS-TSALASAH (Ilmu tentang Keimanan)
Ilmu yang dimaksud adalah ilmu yang pada zahirnya membahas tiga pengetahuan dasar Islam, yaitu pengetahuan tentang Allah SWT, pengetahuan tentang Rasulullah SAW dan pengetahuan tentang Islam. Inilah metodologi Rasulullah saw dalam mendidik para sahabat sebaqaimana yang disebukan oleh Ibnu Umar r.a.
“Ketika Rasulullah saw masih hidup, aku menyaksikan bahwa kaum muslimin kala itu lebih menomorsatukan mempelajari masalah keimanan sebelum mempelajari Al Qur’an. Ketika diwahyukan surah-surah Al Qur’an kepada Muhammad saw, maka dari surah-surah itu kami mempelajari hukum halal-haram dan perkara-perkara yang harus kami renungkan dari surah-surah Al Qur’an itu. Namun, belakangan saya mendapati orang-orang lebih menomorsatukan Al Qur’an sebelum mempelajari masalah keimanan. Lalu tatkala orang-orang itu membaca seluruh surah dalam Al Qur’an; dari Al Fatihah sampai An Naas, kala itu mereka tidak mampu memahami mana yang merupakan perintah Al Qur’an dan mana yang merupakan larangannya. Serta mana pula ayat-ayat yang semestinya mereka renungkan dan mereka jabarkan, seperti layaknya mereka menghampar buah kurma yang jelek.”

B. AL KITAB DAN ULUMUL QUR’AN
1. Ilmu Nasikh Mansukh
Dalam Islam, terdapat hukum-hukum yang sifatnya gradual, dan selang beberapa waktu hukum tesebut barulah stabil.

2. Ilmu Asbab Nuzul (sebab-sebab turunnya ayat-ayat Al Quran) dan Amkinah Nuzul (ilmu tentang tempat di mana suatu ayat diturunkan)
Buku rujukan ilmu bidang ini:
a. Nasikh Mansukh, Ibnu Hazm
b. Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul, Imam Suyuthi

3. Ilmu Gharibil Qur’an (ilmu yang membahas hal-hal yang aneh di dalam Al Qur’an)

4. Ilmu Rasm Utsmani (ilmu yang mempelajari teori penulisan Utsmani yang digunakan para sahabat untuk menulis mushhaf Al Qur’an)

5. Ilmu Tafsir Al Qur’an
Berkaitan dengan Kitabullah, setiap insan muslim dihimbau :
Pertama, insan muslim harus membaca Al Qur’an secara kontinu
Kedua, dia harus menghafal sebagian Kitabullah (Al Qur’an)
Ketiga, seorang inividu muslim harus terbiasa merujuk kepada perkataan para mufassir.

Contoh buku tafsir:
a. Tafsir yang ringkas adalah kitab tafsir al-Jalalain
b. Tafsir mazhabi adalah tafsir Ai Au’ud dalam mazhab Imam Abu Hanifah
c. Kitab tafsir yang ma’tsur adalah kitab tafsir karya Ibnu Katsir
d. Kitab tafsir modern adalah tafsir Fi Zhilaalil Qur’an karya Sayyid Quthb

Memahami Kitabullah dapat tercapai bila kita:
a. Mempelajari bahasa Arab
b. As Sunnah
c. Sirah Nabawiyah
d. Ulumul Qur’an

Batas khatam Al Qur’an satu kali dalam sebulan. Atau kalau tidak mampu, satu kali dalam empat puluh hari.

C. AS SUNNAH
As Sunnah adalah semua perkara yang dinukil dari perkataan, perbuatan, dan keputusan Nabi saw. Di bawah ini adalah struktur pembagian hadits Nabi.

Pertama, hadits shahih. Yaitu hadits yang memiliki sanad dan sanadnya ini terus bersambung melalui perawi yang adil dan baik hafalannya. Hadits ini tidak aneh dan cacat.
Kedua, hadits hasan. Hadits ini dibagi 2, yaitu:
a. Hadits yang sanadnya tidak luput dari perawi yang tidak jelas identitas pribadinya dan diriwayatkan melalui sanad hadits yang berbeda.
b. Hadits yang para perawi berasal dari golongan orang-orang yang terkenal jujur, dan dapat dipercaya, namun dari segi hafalan dan kecermatan, hadits hasan tidak sampai dengan perawi hadits sahih.
Ketiga, hadits dhaif. Yaitu hadits yang tidak memiliki kriteria hadits shahih serta hadits hasan sebagaimana yang tadi disebutkan.
Keempat, hadits maudhu’. Adalah hadits yang dibuat-buat serta dinisbatkan oleh pembohong dan pemalsu hadits.

Kitab yang sebaiknya dibaca oleh jundullah:
a. Kitab al Arba’in an-Nawawiyyah
b. Al-Azhar karya Imam Nawawi
c. Riyadhush-Shalihin
d. Kitab Hidayatul Bari fi Tajridi Shahih Bukhari

D. ILMU USHUL FIQIH
Adalah ilmu yang merupakan barometer bagi ilmu fiqih dan asal muasalnya dan berfungsi mengatur seseorang dan melindunginya dari kekeliruan meng-istinbat hukum.

Buku-buku ushul fiqh kontemporer adalah:
a. Buku Ushul Fiqh karya Syekh Abu Zahura

Buku-buku Ushul Fiqh Modern adalah:
a. Buku Karya Khudhari Bek
b. Buku Karya Adib shaleh

Buku-buku klasik di bidang ushul fiqh adalah :
a. Kitab ar Risalah karya Imam Syafi’I
b. Kitab Al-Mustahfa karya Imam Al Ghazali
c. Kitab al Manhul karya imam Al Ghazali

E. ILMU-ILMU YANG SIFATNYA TEORITIS DAN PRAKTIS: ILMU AQAID, ILMU AKHLAK DAN ILMU FIQIH

2. Ilmu Akhlak
3. Ilmu Fiqih

F. SEJARAH UMAT ISLAM DAN KEKINIANNYA
Membaca sejarah merupakan faktor urgen dalam pembentukan pribadi muslim. Juga dalam menumbuhkan perasan memilki terhadap eksistensi umat. Untuk mengetahui segi-segi ini, disarankan untuk membaca:
1. Kitab Tahzib Sirah Ibnu hisyam atau Nurul yaqin
2. Hayatu Shahabah ‘Kehidupan Para Sahabat’
3. Ad-Da’wah ilal Islam (Arnold)
4. Maadza Khasiral-‘Aalam bin-hitaathil-Muslimin. Buku ini mengajak kita untuk menganalisis sejarah kontemporer dan masa lalu.
5. Min Rawaa’i Hadhaaratina, karya Dr. Musthafa as Siba’i. Buku ini membuka cakrawala pengetahuan kita tentang sejauh mana kecermelangan sejarah kita yang agung.
6. Taqwim al-‘Alam al Islaami. Buku ini membahas tersebarnya kaum muslimin di dunia dan situasi dunia islam.

G. DISIPLIN ILMU BAHASA ARAB
Bahasa Arab adalah ilmu yang sangat penting bagi kita; untuk dapat membaca, memahami, menulis dan berbicara. Yang pada akhirnya, akan mengekalkan agama Islam karena seorang individu muslim harus berda’wah. Permasalahan yang pertama kali muncul adalah matinya bahasa Arab fush-hah (bahasa arab asli), disertai dengan tumbuh berkembangnya bahasa amiyah (dialek local) yang mencapai ratusan macam dialeknya.

Agar kita memiliki pengetahuan bahasa Arab yang baik, ada beberapa bahan bacaan yang harus dikuasai, yakni sbb:
1. Membaca kitab tentang khattul-Arabi’ ‘kaligrafi Arab’
2. Membaca kitab tentang imla (cara penulisan kata-kata dalam bahasa Arab)
3. Membaca kitab tentang nahwu dan sharaf
4. Membaca kitab tentang ilmu balaghah
5. Membaca kitab tentang ilmu ‘arudh
6. Mengkaji kamus-kamus bahasa Arab yang kuno
7. Mengkaji sastra Arab dan sejarahnya

H. BEBERAPA TANTANGAN DAN KONSPIRASI
Mengetahui musuh-musuh, memperhitungkan langkah-langkahnya dan memantaunya, kemudian mengentaskannya adalah suatu kewajiban bagi kita:
1. Freemansonry, Rotary-Lions Club
2. Peranan agen-agen Amerika (CIA), Inggris, Prancis dan Rusia (KGB)
3. Partai-partai yang berdiri atas dasar orientasi mereka yang bermacam-macam, yang
bersifat kapitalis, demokratis, komunis, sosialis, atau nasionalis.
4. Sekolah-sekolah yang mengacu pada organisasi-organisasi asing, baik itu missionaris
maupun sekularis.
5. Peranan publikasi yang mengikut pada organisasi seperti ini, juga koran-koran dan
majalah-majalah yang mempropagandakan misi mereka.
6. Propaganda penghalalan dan kekacauan yang dilakukan oleh para penulis dan pengarang
kisah atau skenario film dan televisi.
7. Propaganda yang berorientasi ide-ide kafir, baik itu yang terdapat pada sekolah-sekolah
asing maupun yang berada pada sekolah setempat yang terpengaruh oleh pemikiran kafir
dan orang kafir.

Buku berikut ini diharapkan dapat menolong dalam memecahkan problem muslim kontemporer dalam menghadapi tantangan zaman.
1. Nahwa al-Mujtama’il-Islami, karya as Syahid Sayyid Quthb.
2. Al-Islam wa Muskilaatul-Hadharah, karya asy-Syahid Sayyid Quthb
3. Nahnu wal-Hadharah al-Gharbiyyah, karya Abul A’la al-Maududi
4. Harakaat wa Madzaahib, karya Fathi Yakan.
5. Ats-Tsaqafatul-Islaamiyah, karya Dr. Abdul Karim Utsman.

I. KAJIAN ISLAM KONTEMPORER
Kajian modern ini merupakan bekal bagi individu muslim modern dalam memasuki kancah pergulatan pemikiran kontemporer. Perpustakaan Islam menjadi penuh dengan buku-buku yang berindikasikan pemikiran ini dan kita selalu membutuhkan kreativitas mereka sebagai tambahan.

Berikut gambaran dari sebagian buku-buku yang harus dibaca oleh seorang individu muslim.
1. Mabadiul-Islam, karya Abul A’la al-Maududi
2. Khashaisut-Tashawwur al-Islaami, karya Sayyid Quthb.
3. Hadzad-Dien, karya Sayyid Quthb.
4. Al-Mustaqbal li Hadzad-Din, karya Sayyid Quthb.
Buku-buku berikut memberi gambaran tentang Islam secara umum. Keistimewaannya, ciri-cirinya serta kebutuhan manusia akan Islam.
1. Ar-Risalatul-Muhammadiyah, karya Sulaiman an-Nadawi
2. Al-Hadharatul-Islaamiyah, Ususuha wa Mabadiuha, karya Abul A’la al Maududi.
3. Al-Arkanul-Arba’ah, karya Abul Hasan an-Nadawi.

Buku-buku berikut ini akan memberikan gambaran tentang rukun-rukun Islam.
1. Isytirakiyatul-Islam wa Nazharaat fi Isytirakiyyat al-Islam, karya Dr. Mushthafa as-Siba’I
dan al Ha-mid.
2. Malakiyatul-Ardhi fil-Islam, karya Sayyid Quthb.
3. Al-‘Adaalatul-Ijtima’iyah fil-Islam, karya Sayyid Quthb.
4. Ususul-Iqtishadil-Islami, karya Abul A’la al-Maududi.
5. Ar Riba, karya Abul A’la al-Maududi
6. At-Takaaful al Ijtima’I fil-Islam, karya Abdullah Ulwani

Buku-buku berikut ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem ekonomi Islam.
1. Al Mar’ah bainal-Fiqh wa Qanun, karya Dr. Musthafa as-Siba’i.
2. Al Hijab, karya Abdul A’la al-Maududi.
3. Tafsir Surah An-Nuur, karya Abul A’la al Maududi.

Buku-buku berikut ini akan memberikan kita gambaran tentang sistem tatanan sosial dalam Islam.
1. As-Silmu wal Harb, karya Dr. Musthafa-as Siba’i.
2. Al Jihad, karya Abul A’la al-Maududi.
3. Nazhariyatul-Islam wa Hadhuyu fid-Dustuur wal-Qanun dan Nahwa Dustur Islami, karya Abul A’la al-Maududi.
4. Risalatul Jihad, karya asy-Syahid Hasan al-Banna.

Buku Manhajut-Tarbiyah al-Islamiyah karya Muhammad Quthb akan memberikan gambaran kepada kita tentang sistem politik dan militer.

Buku-buku berikut ini akan memberikan gambaran tentang metode pendidikan Islam.
1. Syubuhat Haulal-Islam, karya Muhammad Quthb.
2. Jahiliyatul-Qarnil-‘Isyriin, karya Muhammad Quthb.
3. Ats-Tsaqafatul-Islamiyah, karya Dr. Abdul Karim Utsman.

Hendaknya seorang individu muslim saat ini selalu memperhatikan pemikiran Islam dalam buku-buku, koran-koran, atau majalah-majalahnya, dan selalu sadar dalam mencernanya serta tidak disibukkan oleh satu masalah sehingga melupakan masalah yang lain.

J. PEMAHAMAN DA’WAH DAN PRAKTIKNYA
Rasulullah saw bersabda, “Sampaikanlah pengajaran dariku, meskipun hanya satu ayat.”
Imam Ali berkata, “Dunia tidak akan sepi dari orang-orang yang membela Allah SWT dengan argumennya.”

Sudah selayaknya bagi kaum muslimin untuk mempelajari seluruh praktik da’wah kepada Allah SWT yang ada di depannya, kemudian mempelajari semua pendapat-pendapat yang ada; dari metode para ulama, metode yang dilakukan oleh pakar-pakar sufi, metode jam’iyyat khairriyyah (LSM), metode partai-partai Islam, metode berbagai organisasi yang ada, sampai pendapat-pendapat yang dilontarkan dalam kajian-kajian bidang da’wah, dan lainnya.

Individu muslim hendaknya mempelajari pemikiran gerakan islam yang asli, metode pelaksanaannya, dan pembentukannya serta langkah-langkahnya untuk melawan kemurtadan dan kekafiran dalam seluruh levelnya. Beberapa kajian yang sebaiknya ditelaah:
1. Minhajul-Inqilabil-Islami, karangan al-Maududi.
2. Ma’alim fith-Thariq, karangan Sayyid Quthb.
3. Waaqi’ul-Muslimiin wa Sabiilun-Nuhudh Bihim, karya al-Maududi.
4. Rasaa’il al-Ustadz asy Syahid Hasan Al Banna yang berisi: “al-Muktamar al Khamis”,
“Risaalatut-Ta’lim”, “Baik al-Amsi al Yaum”, “ar-Rasaa’il ats Tasalaasah”, dan “Da’watuna fi
Thaurin Jadiid”. Kemudian semua rasa’il al Ustadz Hasan Al Banna dan catatan-catatannya.
Lebih dikhususkan lagi bagian akhir dari risalah tersebut.
5. Silsilah Rasa’il, bagian usrah: “Adabul Usrah wal-Katibah”, “Nizhamul-Usrah”, “Nasyatuhu
wa Ahdaafuhu”, “Nahwa Jailin Muslim”.
6. Musykilaatud-Da’wah wad-Da’iyah, karangan Fathi Yakan.
7. Tadzkiratud-Du’aat, karangan al-Bahiy al-Khuli.
8. Nahwa Hukmin Islaami, karangan Muhammad Ali ad-Dhanawiy.
9. Al Ikhwaanul Muslimuun, Fi Harbil-Falisthiin.
10. Al Muqawamatus-Sirriyyah fi Qanaatis-Swiss.

Langkah pertama yang harus dimiliki oleh umat Islam dalam mempersatukan dan merekatkan hati umat, adalah menyamakan persepsi tentang langkah-langkah utama dalam proses pendidikan dan pengajaran.

Berikut ini beberapa buku karangan kami tentang Fiqhud-Da’awah. Juga buku mengenai membina dan mengaktifkan amal islami, yaitu:
1. Jundullah: Tsaqafatan wa Akhlaqan.
2. Min Ajli Khutwah Ilal-Amam ‘Ala Thariqil-jihadil-Mubarak.
3. Al-Madkhal Ila Da’watil-Ikhwanil-Muslimin.
4. Jaulaat fil-Fiqhain al-Kabiir wal-Akbar wa Ushuuluha.
5. Fi Afaaqit-Ta’liim.
6. Duruusun fil-Amalil-Islami al-Mu’ashir.
7. Jundullah Takhtiihan.
8. Hazihi Tajribatii wa Hadzihi Syahadatii.
9. Fushuulun fil-Imrah wal-Amiir.

K. CATATAN DAN SARAN
“Jika kalian melihat seseorang sering mendatangi masjid (untuk shalat), maka persaksikanlah tentang kelurusan imannya.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darimi)

Kembali ke masjid, meramaikannya dengan ilmu atau zikir kepada Allah SWT, dan mengadakan pengajian untuk kaum muslimin di masjid-masjid adalah awal dari usaha menghidupkan Islam

Suatu masjid, bila diorganisasi dengan baik oleh seorang ulama yang shaleh yang berjihad untuk membentuk sebuah kelompok, lalu di dalam kelompok tersebut dibagi individu-individu yang ditugaskan mempelajari suatu keilmuan Islam. Dan dibentuk halaqah-halaqah kajian. Jika para aktivis tersebut menguasai materi yang dipelajarinya, para pengajar mengganti dengan materi yang lain. Apabila telah selesai mengkaji pada suatu periode, diteruskan pada periode selanjutnya. Demikianlah individu mulim berpindah dari satu halaqah ke halaqah yang lain, dari satu marhalah ke marhalah yang lain, sehingga sempurnalah wacana kelimuan Islamnya. Setelah itu, jika seorang aktivis telah menguasai apa yang dipelajarinya, kepadanya dibebankan mengajarkannya di masjid tersebut atau di masjid yang lain.

Kami menganjurkan agar diadakan beberapa halaqah berikut ini, di masjid-masjid pada suatu tempat. Yaitu, Halaqah kajian ushuluts-tsalasah, halaqah pengajian Al Qur’an, halaqah pengajian hadits, halaqah kajian ushul fiqih, halaqah kajian aqaid, halaqah kajian fiqih, halaqah kajian dasar-dasar akhlak, halaqah kajian bahasa arab, halaqah kajian mengetahui konspirasi terhadap Islam, halaqah kajian sejarah Islam, halaqah kajian dunia Islam dan kekiniannya, halaqah kajian islam kontemporer, halaqah fiqih da’wah.

Setiap halaqah harus ada penanggung jawabnya yang mempunyai spesialisasi dalam kajian tersebut. Mempelajari ilmu-ilmu tersebut tidak bisa dengan otodidak atau mengkaji sendiri, melainkan harus dilaksanakan di masjid karena lebih banyak berkahnya dan dapat bersatu dengan ikhwan lainnya.

Penulis:
Said Hawwa
Perangkum:
Anugerah Wulandari
Penerjemah:
Muhammad Masnur Hamzah, Lc
Abdul Hayyie Al Kattani
Noorchalis Hamzain
Ahmad Rowie Baihaqi
Rukman R.Said

Jundullah adalah orang-orang yang telah mengkhidmatkan dirinya pada jalan Allah dengan membawa nilai-nilai Rabbani dan menyeru manusia kepadanya. Mereka adalah orang-orang yang memberikan loyalitas (wala’) hanya kepada Allah, Rasul, dan orang-orang yang beriman.
Dalam memperjuangkan dan menyeru manusia pada nilai-nilai Rabbani, seorang jundullah harus memiliki bekal. Mana mungkin ia dapat mengajak manusia kepada kebenaran, sedangkan ia tidak mengetahui bekal apa yang harus dibawa. Yang disoroti adalah tentang intelektualitas dan akhlak seorang jundullah, suatu aspek yang sangat penting dan mendasar.

Uraian kajian di bawah ini sangat komprehensif sehingga dengannya seseorang siap menjadi jundullah; golongan yang akan dimenangkan Allah dalam medan kehidupan.

Kata Hizbullah disebut dalam Al Qur’an sebanyak dua kali. Pertama di surah Al Mujaadilah dan yang kedua di surah Al Maaidah.

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalam-Nya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al Mujaadilah:22)

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barangsiapa mengambil Allah dan Rasul-Nya dan orang-orang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al Maidah : 54-56)

Dengan demikian, hizbullah memiliki arah, yang cirinya adalah sebagai berikut.
1. Membebaskan diri dari musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya. Secara praktikal dengan tidak memberikan ketaatan kepada mereka, dan secara batin dengan tidak menyimpan kecintaan kepada mereka.
2. Memberikan wala ‘loyalitas’ kepada kaum mu’minin dalam bentuk praktikal dan menumbuhkan kecintaan dalam hati. Kaum mu’minin yang berhak diberikan wala’ ini adalah mereka yang telah melengkapi syarat keimanan, mendirikan shalat dan menunaikan zakat.

Sasaran-Sasaran Utama Hizbullah
1. Membentuk kepribadian manusia secara islami
2. Mendirikan negara Islam di setiap daerah
3. Menyatukan umat Islam
4. Menghidupkan kembali kekhalifahan
5. Mendirikan negara Islam Internasional